"Ibu... Arman bosan kalau liburan hanya di rumah terus, Bu. Arman ingin pergi ke Jakarta bersama ayah." ucap  Arman sambil menangis
"Arman, maafkan ayahmu, pekerjaan kantor lebih penting saat ini, karena inilah pekerjaan satu-satunya ayah. jika ayah mengabaikannya, tentu perusahaan akan rugi dan ayah akan disalahkan, mungkin saja akan dipecat dari tempatnya bekerja." jawawab ibu menenangkan Arman agar tidak sedih
Arman terpaksa harus liburan di rumah, kegiatan sehari-hari Arman hanya menonton televisi dan bermain gadget. ia sudah lupa belajar, ia asyik dengan dunianya. satu minggu sudah Arman hanya berkutat pada kegiatan yang itu itu saja.
"Bosan, bosan. liburan di rumah sungguh membosankan. mengapa harus libur sekolah jika aku hrus di rumah terus? sungguh menjemukan liburan ini. lebih baik aku ke rumah Seno saja" hati Arman berontak
Belum sampai di rumah Seno, Arman mendengar jika Seno ikut pamannya  di Pekalongan, akhirnya Arman pulang ke rumahnya, dan kembali aktifitasnya menonton televisi.
"Kasihan, kamu anakku, liburanmu di rumah tanpa teman bercengkerama, tanpa teman bercerita." desah ibu Arman
Arman, kamu sedang apa? nih, ibu belikan buku cerita buatmu, agar kamu terhibur. ceritanya menarik loh." bujuk ibu Arman sambil menyodorkan buku cerita
"Wah, bagus sekali, Bu. ini untuk Arman?" terrima kasih Bu."
Arman sedikit terhibur dengan cerita di buku itu. Namun setelah selesai ia kembali merasakan penatnya di rumahnya saja.
Ibu pun tahu apa yang dirasakan Arman, ia selalu menemani setiap Arman sendiri menonton televisi dan bermain gadget. Ia selalu menjadi penghibur anaknya agar tidak jenuh selama liburan. namun Arman ternyata pun hanya terhibur sebentar, dipikirannya hanya tergambar indahnya liburan ke Jakarta.
Inilah yang dirasakan Arman, ia tidak pernah merasa dan tidak memahami pekerjaan orang tuanya, ia hanya memikirkan dirinya sendiri, sehingga ia tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik, sehingga waktu liburannya menjadi menjemukan.