Suara jarum panjang berwarna merah yang bergerak tiap detik itu seperti menantangnya. Sejenak ia menoleh ke arah tembok di ruang tamu, di mana menempel jam dinding berbentuk bulat dan berwarna putih. jam dinding pemberian anaknya yang berkunjung ke rumahnya setahun yang lalu. Dia menyeringai. Dia seperti menemukan jawaban atas pertanyaan yang dibuatnya sendiri sepuluh hari yang lalu. Dia berjalan mendekati dinding di mana jam dinding itu seperti duduk di singgasana kemenangan. Dia terus mendekati benda itu. Tak dihiraukannya suara angin yang berkesiur keras disusul dengan suara petir menggelegar seperti membelah langit. Tak dihiraukannya suara burung hantu yang terdengar bersahut-sahutan tepat di atap rumahnya.
"Hahahaha....hahahaha...hahahaha..."
Dia tertawa seorang diri. Suara tawanya seperti ingin menyaingi suara angin dan petir yang menggelegar. Kini dia sudah mengambil jam dinding itu. Memegangnya dengan kedua tangannya. Dia berpikir apa yang akan dilakukannya untuk menaklukkan jam dinding itu. Dia masih memegang benda itu dengan kedua tangannya. Namun, ada yang beda dengan tubuhnya kini. Kepalanya seperti berputar tujuh keliling. Sekujur tubuhnya bergetar hebat. Jam dinding itu ikut bergerak-gerak karena dipegang oleh tangan yang bergetar.Â
"Sekarang kah tiba waktuku?"
Dia masih saja memegang jam dinding itu dengan tangan dan tubuh berguncang. Suara petir masih menggelegar disertai angin ribut di luar. Suara berderak dan berdebam itu tak jelas milik siapa karena bersamaan dengan bunyi petir yang sangat keras, dan juga bunyi burung hantu yang bersahut-sahutan seperti hiruk pikuk suara di keramaian pasar. Dinding-dinding di sebuah ruang tamu di rumah tua itu menjadi saksi apa yang terjadi dengan dia dan jam dinding yang dipegangnya. Apakah dia tumbang terlebih dahulu sebelum membanting jam dinding itu ke lantai. Atau dia membenturkan jam dinding itu ke kepalanya sehingga dia tumbang bersamaan dengan remuknya jam dinding itu.[]
Banyumas, 16 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H