Mohon tunggu...
Agus Pribadi
Agus Pribadi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Mencoba menghayati kehidupan dan menuliskannya dalam cerita-cerita sederhana. Kunjungi juga tulisan saya di http://aguspribadi1978.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menaklukkan Waktu

25 Maret 2018   09:58 Diperbarui: 25 Maret 2018   10:18 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara jarum panjang berwarna merah yang bergerak tiap detik itu seperti menantangnya. Sejenak ia menoleh ke arah tembok di ruang tamu, di mana menempel jam dinding berbentuk bulat dan berwarna putih. jam dinding pemberian anaknya yang berkunjung ke rumahnya setahun yang lalu. Dia menyeringai. Dia seperti menemukan jawaban atas pertanyaan yang dibuatnya sendiri sepuluh hari yang lalu. Dia berjalan mendekati dinding di mana jam dinding itu seperti duduk di singgasana kemenangan. Dia terus mendekati benda itu. Tak dihiraukannya suara angin yang berkesiur keras disusul dengan suara petir menggelegar seperti membelah langit. Tak dihiraukannya suara burung hantu yang terdengar bersahut-sahutan tepat di atap rumahnya.

"Hahahaha....hahahaha...hahahaha..."

Dia tertawa seorang diri. Suara tawanya seperti ingin menyaingi suara angin dan petir yang menggelegar. Kini dia sudah mengambil jam dinding itu. Memegangnya dengan kedua tangannya. Dia berpikir apa yang akan dilakukannya untuk menaklukkan jam dinding itu. Dia masih memegang benda itu dengan kedua tangannya. Namun, ada yang beda dengan tubuhnya kini. Kepalanya seperti berputar tujuh keliling. Sekujur tubuhnya bergetar hebat. Jam dinding itu ikut bergerak-gerak karena dipegang oleh tangan yang bergetar. 

"Sekarang kah tiba waktuku?"

Dia masih saja memegang jam dinding itu dengan tangan dan tubuh berguncang. Suara petir masih menggelegar disertai angin ribut di luar. Suara berderak dan berdebam itu tak jelas milik siapa karena bersamaan dengan bunyi petir yang sangat keras, dan juga bunyi burung hantu yang bersahut-sahutan seperti hiruk pikuk suara di keramaian pasar. Dinding-dinding di sebuah ruang tamu di rumah tua itu menjadi saksi apa yang terjadi dengan dia dan jam dinding yang dipegangnya. Apakah dia tumbang terlebih dahulu sebelum membanting jam dinding itu ke lantai. Atau dia membenturkan jam dinding itu ke kepalanya sehingga dia tumbang bersamaan dengan remuknya jam dinding itu.[]

Banyumas, 16 Maret 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun