Setelah kejadian itu, kami semua terdiam sejenak. Pertanyaan besar muncul di benak kami: dari mana si penelepon mendapatkan informasi sedetail itu? Teman saya tidak pernah membagikan informasi anaknya di media sosial, bahkan sangat berhati-hati dalam hal privasi.Â
Kejadian ini membuka mata kami bahwa sharenting atau kebiasaan membagikan informasi anak di media sosial bukan satu-satunya celah kebocoran data anak.
Dalam era digital saat ini, informasi pribadi bisa bocor dari berbagai sumber yang mungkin tidak kita sadari. Beberapa di antaranya adalah:
1. Kebocoran Data dari Institusi Pendidikan
Sekolah sering kali menjadi target empuk bagi pelaku kejahatan siber karena menyimpan berbagai data pribadi siswa. Data ini bisa bocor akibat sistem keamanan yang lemah atau kelalaian pihak pengelola.
2. Aplikasi dan Platform Online
Banyak aplikasi edukasi dan hiburan untuk anak yang meminta informasi pribadi saat pendaftaran. Jika platform ini tidak memiliki sistem keamanan yang kuat, data anak bisa dengan mudah diakses oleh pihak tak bertanggung jawab.
3. Social Engineering
Teknik manipulasi psikologis ini memungkinkan pelaku untuk menggali informasi dari lingkungan sekitar, baik dari percakapan sehari-hari, petugas sekolah, atau bahkan keluarga yang tidak sadar telah membocorkan informasi penting.
4. Kebocoran Data dari Pihak Ketiga
Terkadang, data anak bisa bocor melalui perusahaan atau layanan lain yang berkaitan dengan kegiatan sekolah, seperti penyedia seragam, jasa transportasi, atau layanan bimbingan belajar.