Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Meningkatkan Kesadaran Berkendara di Jalan Tol, Pelajaran dari Km 90an Purbaleunyi

12 November 2024   02:55 Diperbarui: 13 November 2024   11:51 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman di Jalan yang Rawan

Sebagai pengemudi yang rutin melintas di Tol Purbaleunyi, saya akrab dengan tantangan dan bahaya pada jalur menurun panjang arah Bandung-Jakarta terutama di Km 90an. 

Dalam jeda waktu relatif singkat kita kembali mendengar kecelakaan terjadi di sini, sering kali melibatkan truk besar yang kehilangan kendali dan melaju dengan kecepatan tinggi. 

Kecelakaan terbaru yang terjadi hari Senin 11/11/2024 pukul 15:40 WIB saat turun hujan, dari video yang beredar memperlihatkan sebuah truk yang melaju kencang di lajur kanan kehilangan kendali dan akhirnya menyebabkan tabrakan beruntun yang tragis . Sederet Insiden besar terjadi di Km 90an diantaranya mengingatkan kita kecelakaan tunggal mobil selebriti Saepul Jamil di Km 97an, beberapa tahun lalu.

Meski papan peringatan dan jalur pengaman (jalur pasir menanjak) sudah disediakan, kecelakaan demi kecelakaan terus terjadi. Hal ini membuat kita bertanya-tanya: Apa yang sebenarnya menjadi penyebab utama? Mengapa begitu banyak pengemudi, khususnya pengemudi truk besar, yang tampaknya masih mengabaikan batas kecepatan, menjaga jarak aman, dan aturan penggunaan lajur kanan?

Memang ada kemungkinan truk memilih jalur kanan sebagai upaya menghindari tabrakan di situasi tertentu seperti saat terjadi rem blong, Jalur kanan mungkin terlihat sebagai pelarian sementara tapi ini mengundang risiko yang lebih fatal.

Ketika rem truk blong di jalur menurun panjang seperti di Km 90an Tol Cipularang (Purbaleunyi) arah Bandung - Jakarta, pengemudi memiliki beberapa langkah darurat yang harus diambil untuk mengurangi risiko kecelakaan:

1. Gunakan Jalur Darurat (Escape Ramp)

Di beberapa titik di area Km 90an, terdapat jalur darurat berupa jalan menanjak berisi pasir. Ini memang dirancang khusus untuk truk atau kendaraan besar yang kehilangan kemampuan pengereman. 

Pengemudi sebaiknya segera mengarahkan truk ke jalur ini untuk memperlambat dan menghentikan kendaraan. Mengenali lokasi jalur darurat ini sebelum perjalanan dapat membantu pengemudi bertindak cepat jika mengalami kondisi darurat.

2. Pindah ke Gigi Rendah (Engine Brake)

Jika masih memungkinkan, segera pindahkan ke gigi terendah (gigi 1 atau 2) untuk memperlambat laju kendaraan. Engine brake ini adalah cara untuk menahan kecepatan kendaraan secara mekanis dan membantu mengurangi ketergantungan pada rem utama.

3. Hindari Lajur Kanan dan Jangan Melewati Kendaraan Lain

Ketika rem blong, tetaplah berada di lajur kiri atau di bahu jalan, jika memungkinkan. Meskipun mungkin ada godaan untuk beralih ke lajur kanan untuk menghindari kendaraan di depan, ini berisiko besar karena bisa menyebabkan kecelakaan yang lebih parah, mengingat kendaraan di lajur kanan biasanya melaju lebih cepat.

4. Gunakan Rem Tangan sebagai Upaya Terakhir

Rem tangan biasanya tidak dirancang untuk menghentikan kendaraan besar di kecepatan tinggi, tetapi dalam situasi darurat, ini bisa menjadi pilihan terakhir untuk mencoba memperlambat truk. Pengemudi harus berhati-hati, karena penggunaan rem tangan di kecepatan tinggi bisa menyebabkan roda terkunci dan truk terguling.

5. Bunyikan Klakson dan Lampu Hazard untuk Memperingatkan Pengendara Lain

Saat rem blong, peringatan kepada pengendara lain sangat penting. Membunyikan klakson secara terus-menerus dan menyalakan lampu hazard dapat memberi sinyal kepada pengendara lain untuk segera menjauh dan memberi ruang. Peringatan ini bisa membantu meminimalisir dampak kecelakaan.

6. Pilih Jalur Teraman untuk Menghentikan Truk

Jika tidak ada jalur darurat yang tersedia, pengemudi harus mencoba mengarahkan truk ke jalur teraman. Memilih jalur yang lebih sepi, seperti bahu jalan atau area yang tidak ada kendaraan, bisa membantu mengurangi risiko cedera pada pengendara lain. Jika terpaksa, pengemudi juga bisa memilih area yang lembut, seperti rerumputan atau gundukan tanah, untuk memperlambat laju kendaraan.

Persiapan untuk Mencegah Rem Blong

Selain langkah-langkah darurat ini, pemeriksaan rutin terhadap sistem pengereman truk sangat penting sebelum melakukan perjalanan di jalur berisiko seperti ini. Pastikan juga untuk mengendarai dengan kecepatan yang sesuai dan selalu berada di lajur kiri, terutama di jalanan yang menurun panjang.

Upaya pencegahan dan reaksi cepat saat rem blong sangat penting untuk menghindari kejadian fatal. Keselamatan di jalan menuntut kedisiplinan dan pemahaman teknik berkendara darurat, yang harus dikuasai setiap pengemudi truk demi keamanan bersama.

Ketidakpatuhan Terhadap Batas Kecepatan dan Jarak Aman

Dalam berkendara, menjaga jarak aman dan mematuhi batas kecepatan adalah hal yang fundamental. Batas kecepatan 60-80 km/jam yang dianjurkan di jalur menurun bukanlah sekadar angka di papan rambu peringatan rambu lalu lintas, tetapi pedoman yang harus ditaati demi keselamatan bersama. 

Sayangnya, batas ini kerap diabaikan. Beberapa pengendara melaju hingga dua bahkan tiga kali lebih cepat dari batas tersebut, dan banyak di antaranya mengabaikan aturan jarak aman. 

Hal ini saya alami sendiri dengan sering kali ketika saya berusaha menjaga jarak aman dari kendaraan di depan, pengemudi lain justru mengambil celah tersebut untuk mendahului. Padahal, jarak ini sengaja saya pertahankan karena sangat penting untuk mengantisipasi jika terjadi pengereman mendadak.

Sikap kebut-kebutan ini banyak dilakukan oleh para pengemudi muda yang minim pengalaman, atau anak-anak berdarah muda yang lebih mengandalkan keberanian daripada pengetahuan dan kesadaran berkendara yang aman. 

Mereka mungkin tidak menyadari bahwa kecepatan tinggi di jalan menurun memiliki risiko besar, terutama jika kendaraan yang dikemudikan adalah truk dengan beban berat yang membutuhkan jarak lebih panjang untuk berhenti.

Ketika Aturan Diabaikan: Mengapa Pelanggaran Dianggap Wajar?

Banyak pengemudi yang sudah menganggap biasa melanggar aturan di jalan tol, dan ini menciptakan masalah sistemik yang sulit diatasi. Ketidakpatuhan terhadap aturan lajur kanan oleh truk besar adalah salah satu contoh. 

Lajur kanan sebenarnya dikhususkan untuk kendaraan yang mendahului, bukan untuk kendaraan besar. Namun pelanggaran ini sering diabaikan, bahkan dianggap sebagai hal yang wajar di lapangan. 

Alhasil aturan keselamatan menjadi tumpul, dan kebiasaan buruk ini terus berulang tanpa adanya konsekuensi yang signifikan.

Potensi Solusi: Dari Kesadaran Hingga Teknologi Pengawasan

Memperbaiki situasi ini memerlukan lebih dari sekadar pengawasan dan penegakan hukum, dibutuhkan perubahan dalam sikap dan kesadaran para pengemudi. Kesadaran akan pentingnya keselamatan berkendara harus menjadi bagian dari pendidikan pengemudi, terutama untuk para pengemudi muda dan pengemudi truk yang melintasi jalur berisiko tinggi. 

Selain itu, penambahan teknologi pengawasan di titik-titik rawan seperti KM 90an dapat membantu menegakkan aturan, misalnya dengan memasang kamera pemantau kecepatan otomatis dan sensor jarak antar kendaraan. Dengan cara ini, pengemudi akan lebih sadar bahwa pelanggaran memiliki konsekuensi nyata.

Refleksi: Keselamatan adalah Tanggung Jawab Bersama

Bagi kita yang melintasi jalur berisiko seperti KM 90an, menjaga kecepatan yang aman dan jarak antar kendaraan adalah langkah sederhana yang dapat menyelamatkan nyawa. 

Seiring dengan ketegasan dalam penegakan aturan, kita semua harus membangun kesadaran bersama bahwa keselamatan di jalan adalah tanggung jawab setiap pengemudi.

Mari kita renungkan, berapa banyak nyawa yang bisa terselamatkan jika semua orang sedikit lebih disiplin dan peduli terhadap aturan. Jalan tol adalah ruang publik, dan keselamatan di dalamnya tidak hanya bergantung pada pemerintah atau pengelola jalan, tetapi terletak pada setiap individu yang ada di belakang kemudi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun