Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Konsep, Teori Real Food Tak Segampang Praktiknya

4 Oktober 2024   00:15 Diperbarui: 4 Oktober 2024   00:19 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baiklah tadinya tulisan ini mau saya simpan untuk esok hari, tapi kondisi sulit tidur akhirnya saya memutuskan untuk menyelesaikan disela menunggu kantuk.

Bicara tentang real food, seperti biasa akan saya kaitkan dengan kehidupan masa lalu saya di pedesaan dengan saat ini yang harus hidup ditengah kota besar karena tugas.

Sebelum bicara lebih jauh saya coba menyimpulkan apa itu real food? 

Real food merujuk pada makanan yang alami, minim proses, dan tidak mengandung bahan tambahan kimia seperti pengawet, pemanis buatan, pewarna, atau bahan sintetis lainnya. Makanan ini umumnya tidak diproses secara berlebihan dan mendekati bentuk alaminya, sehingga lebih sehat dan bergizi.

Sebagaimana judul yang saya tulis bahwa pada prakteknya, real food tidak sesederhana teorinya terutama ketika saya ada di tengah kota besar seperti sekarang.

Masalahnya kadang sulit menentukan bahan makanan yang kita beli itu benar-benar alami atau tidak, sedangkan waktu di kampung semua bahan makanan saya ambil lansung dari sumbernya.

Ya kami punya kolam ikan, kebun, peternakan walaupun semua itu hanya dalam sekala kecil yang hanya diperuntukan sebatas konsumsi keluarga. Walaupun ada lebihnya, itu bukan mata pencaharian pokok kami.

Jadi masalah real food bukan masalah buat kami, semua makanan termasuk beras kami tidak beli dari pasar kecuali makanan tertentu yang memang sudah pasti dari mana sumber dan bahannya.

Di kota besar, kami dihantui perasaan waswas dengan bahan makanan yang kami beli. Jadi masalahnya bukan konsep real foodnya yang susah, melainkan memastikan makanan yang kita beli alami atau tidak.

Hati-hati dengan bahan makanan yang kelihatan bersih, padahal sudah melalui proses pengawetan yang tidak sehat. Berhati-hatilah dengan daging atau ikan yang saking bersihnya lalatpun tidak mau hinggap, atau seekor kucing tidak tertarik untuk memakannya.

Saya pernah melihat kolang-kaling yang bentuknya besar-besar dan putih bersih, padahal saya tahu persis bentuk kolang kaling yang diolah dari buah pohon nira di kampung saya namanya Caruluk tidak seperti itu.

Berdasarkan paparan di atas, penting kiranya kita faham membedakan mana bahan makanan yang benar-benar alami dan mana yang tidak. Untuk itu berikut ini beberapa kiat diantaranya:

1. Beli dari Petani Lokal atau Pasar Tradisional

Jika memungkinkan, belilah bahan makanan dari petani lokal atau pasar tradisional. Pasar seperti ini sering kali menawarkan produk yang lebih segar dan lebih sedikit melalui proses industrialisasi. Dengan demikian, kita dapat lebih yakin bahwa bahan-bahan tersebut mendekati konsep real food.

2. Perhatikan Label pada Produk

Untuk produk yang dikemas, selalu perhatikan labelnya. Pastikan tidak ada bahan tambahan seperti pengawet, pewarna, atau pemanis buatan. Pilih produk yang memiliki daftar bahan yang sederhana dan mudah dimengerti. Semakin panjang daftar bahannya, semakin besar kemungkinan produk tersebut telah melalui banyak proses dan mengandung zat-zat yang tidak alami.

3. Kenali Musim Panen

Sebagian besar sayuran dan buah-buahan memiliki musim panen tertentu. Misalnya, jeruk dan mangga lebih segar saat musim panen dibandingkan saat di luar musim. Mengenal kapan bahan makanan sedang panen dapat membantu kita memilih yang lebih segar dan alami tanpa melalui penyimpanan lama atau pengawetan.

4. Perhatikan Tekstur dan Bau

Real food memiliki tekstur dan bau yang khas. Daging segar misalnya, memiliki bau yang alami dan tidak menyengat. Ikan segar memiliki mata yang jernih dan insang yang merah segar. Sebaliknya, jika makanan terlalu bersih atau terlihat sempurna, ada kemungkinan sudah melalui banyak proses atau pengawetan. Buah-buahan dan sayuran yang terlalu bersinar atau tidak memiliki cacat sama sekali juga perlu dicurigai.

5. Cobalah Menanam Sendiri

Jika kita memiliki sedikit ruang di halaman rumah atau bahkan balkon apartemen, kita bisa mencoba menanam sayuran atau buah-buahan sendiri. Tanaman seperti tomat, cabai, dan rempah-rempah mudah ditanam di pot dan bisa menjadi solusi untuk mendapatkan makanan yang benar-benar alami. Selain itu, kita bisa lebih yakin terhadap kualitasnya karena kita sendiri yang merawatnya.

6. Kurangi Konsumsi Makanan Olahan

Makanan olahan sering kali mengandung bahan-bahan tambahan yang tidak baik untuk kesehatan, seperti gula berlebih, garam, atau bahan pengawet. Sebaiknya kurangi konsumsi makanan olahan dan perbanyak memasak makanan sendiri dari bahan-bahan segar yang minim proses.

7. Kenali Sumber Daging dan Ikan

Carilah informasi mengenai asal-usul daging dan ikan yang kita beli. Beberapa supermarket atau toko khusus menjual produk dari peternakan organik atau tangkapan laut yang berkelanjutan. Produk-produk ini cenderung lebih alami dan tidak menggunakan bahan tambahan yang berbahaya.

Kesimpulan

Memastikan kita mengonsumsi real food di kota besar membutuhkan usaha lebih dibandingkan saat tinggal di pedesaan. Namun, dengan pemahaman yang baik mengenai bahan makanan dan kebiasaan membeli yang tepat, kita bisa tetap menjaga asupan makanan sehat dan alami, meskipun tinggal jauh dari sumber-sumber bahan pangan segar. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun