Ia telah selesai, selesai dalam ziarah, pun menangis sesenggukan, karena anak itu telah mengusap kedua matanya dengan tangan kirinya.
Anak itu kemudian memasukkan dan merapikan barang bawaannya seperti semula, semula ia akan berangkat ke makam.
Melangkahkan kaki keluar dari makam, yang sebelumnya ia memastikan untuk terakhir kalinya untuk melihat kuburan Ayahnya.
Memakai sandal, dan ia mencoba memastikan lagi apa yang terjadi di kuburan Sang Mendiang. Tak terjadi dan tak apa, tidaklah bermasalah.
Selesai, ia melangkahkan kaki meninggalkan makam tanpa salam, dan kembali menuju rumah untuk bertemu satu-satunya Malaikat yang ia cintai, sayangi, pula kasihi.
Ya... Paham. Ternyata satu hari penuh itu, anak muda itu lebih menyukai dengan sebutan: Euphoria. Nostalgia dengan cara dia sendiri, dan dia telah merayakannya, melakukannya.
Klaten, 23 Juli 2015
(Klaten, 28 Desember 2016)
Rest In Peace, Dad.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H