Anak-anak yang mendengar suara pluit penghancur jiwa itu segera bangun dan berbaris di hadapan Pak Shandy dengan wajah galau dan lesu. Tapi tidak dengan gadis manis bernama Dwi,. yah, yang tadi sohibnya Lizzi itu, hanya Dwi yang selalu ceria setiap melihat Pak Shandy datang. Kenapa di ceria? Ya apalagi kalau bukan karena kekagumannya pada sosok Pak Shandy. Padahal tak satu pun cewek-cewek yang ada di sekolah ini suka pada Pak Shandy yang seringnya cuek, galak, dan tak berekspresi itu. Tapi hanya Dwi satu-satunya cewek di sekolah ini yang naksir berat sama Pak Shandy. Selera Dwi ini memang beda banget, mungkin karena dia sudah bosan dengan pria yang sok perhatian, tukang ngegombal dan berwajah berondong. Secara Dwi dulu sering gonta ganti pacar, otomatis dia sudah hapal banget sama manis pahit percintaan. Sekarang justru dia sang penakluk Pria, bukan lagi korban cinta oleh Pria. Tapi untuk Pak Shandy, dia seakan pertama kali merasakan jatuh cinta yang sebenarnya. Dia merasa Pak Shandy itu beda, berkharisma, berjiwa tegas (padahal menurut murid lainnya galak dan suka semena-mena ngasih perintah), serta apa adanya (ASSEEEEKKKK XD). Padahal Pak Shandy udah cukup tua lho, kira-kira umurnya hampir 40 tahun.
“Sekarang kita akan mulai tes-nya, sebelumnya kalian buat kelompok terdiri dari dua orang, cepat!” seru Pak Shandy pada murid-muridnya. Murid-murid pun segera ribut sendiri membentuk kelompok masing-masing, tapi ada satu murid yang tidak kebagian kelompok.
“Sueb, kamu tidak kebagian kelompok?” Tanya Pak Shandy pada Sueb.
“Tidak, Pak.” Jawab Sueb.
“Ya, sudah, kamu sama Bapak saja.”
“Ya, Pak.”
Si Dwi yang mendengarnya pun langsung mendapat sinyal dan dengan segera mengutarakan ide yang brilliant. “Pak, saya saja yang sama Bapak.”
“Lho, tapi kamu kan sudah punya kelompok sama Lizzi.” Ujar Pak Shandy pada Dwi.
“Gak papa, Pak. Biar Lizzi sama Sueb saja.”
‘CTARR’
Adegan kaget yang sangat dramatis ala sinetron pun terjadi pada Lizzi. “Apa lu bilang, Wi? Lu nyuruh gue ama Sueb? Yang bener aja dong!” ujar Lizzi kesal.