Mohon tunggu...
Abil Al-Azraq El-Khawarizmi (Agus Sairi)
Abil Al-Azraq El-Khawarizmi (Agus Sairi) Mohon Tunggu... -

saya hanya seorang penulis yg kadang GaJe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lizzi dan Sueb: Episode 4

31 Juli 2013   11:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:48 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Benar kata Koyor, ini gampang. 20 menit cukup enteng buat kita kan.” Ujar Eka, si murid paling bertubuh atletis dan jago olahraga di kelas. Yah, gimana gak tampak Atletis sih, pulang sekolah dia selalu bantu bapaknya nguli di salah satu komplek perumahan. Mungkin dia juga murid paling hitam di kelas, karena kebanyakan panas-panasan.

“Eh? I..iya kali.” Ujar Koyor pada Eka.

“Yakin Lu Yor gampang? Lu aja udah ngos-ngosan kayak ikan gak dapat air gitu sekarang.” Ujar Reza pada Koyor.

“Yaa, kita lihat aja entar.” Balas Koyor.

“Tidak, ini tidak bisa dibiarkan teman-teman. Tidak semua anak-anak di sini siap dengan tes yang mendadak ini. Kasihan mereka juga, sudah capek-capek lari dan jalan jongkok, eh langsung dikasih tes bejibun yang berat begitu. Ini namanya semena-mena. Kita tidak boleh membiarkan pemimpin yang otoriter seenaknya saja memperlakukan kita secara semena-mena. Seenaknya mengeluarkan kebijakan tanpa adanya perundingan yang nyata. Kita harus melaporkan ini ke kepala sekolah. Ini demi  kenyamanan bersama.” Ucap Wisnu, murid di kelas 3A yang umurnya paling tua dari murid yang lainnya, juga paling kritis-tis, paling tak gentar membela keadilan, paling semangat empat lima, paling beuh, kalau udah orasi bisa mengguncangkan sekolahan, paling ngidolain Bung Karno. Pokoknya hidup Bung Wisnu!

“Eh, apaan sih lu, lebay amat.” Ujar Diablo El Pablo, atau biasa dipanggil So’oN.

“Hmm… Aku berada di kelas yang isinya anak-anak koplak, khukhukhu. Tapi sebagai anak paling jenius di sini, melihat kekoplakan mereka yang tolol juga sebuah hiburan tersendiri buatku, pffffftttt, khu khu khu.” gumam Rysal , si anak yang memang paling pintar di kelas tapi juga yang paling aneh tingkahnya.

“Eh eh, ngapain tuh si Rysal senyum-senyum, ketawa sendiri?” ucap Cozi pada Reza.

“Biasa, obatnya lagi abis.” Jawab Reza pada Cozi.

Matahari mulai meninggi di langit, angin semilir berhembus menerpa dedaunan, suasana yang tenang dengan kicauan para burung (bayangkan adegan penampakkan sudut2 lingkungan kayak di anime2, biasanya pas adegan2 slice of life XD). Pak Shandy berjalan dengan gagah menghampiri anak-anak yang sedang tepar  itu seraya meniup peluitnya keras-keras dengan gaya yang cool.

‘Priiiiiitttttt….!!!’

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun