Menurut saya, van Nistelrooy mampu menerapkan strategi yang mencerminkan pendekatan taktis yang cermat dan adaptif. Van Nistelrooy menggunakan formasi 4-3-3 yang memungkinkan fleksibilitas dalam menyerang dan bertahan. Ini memberikan keseimbangan antara lini tengah dan serangan, serta memperkuat pertahanan. Juga, penggunaan pemain sayap secara maksimal untuk melebar dan menciptakan ruang, memungkinkan penetrasi ke dalam area penalti lawan. Ini juga membantu dalam mengalihkan perhatian bek lawan.
Seperti dirinya kala bermain sebagai striker, van Nistelrooy menginstruksikan para pemainnya untuk bermain dengan Pressing Tinggi. Setelah kehilangan bola, tim diinstruksikan untuk segera melakukan tekanan tinggi kepada pemain lawan. Ini bertujuan untuk merebut kembali penguasaan bola secepat mungkin dan mencegah lawan membangun serangan.
Lalu, serangan balik. Van Nistelrooy menekankan transisi cepat dari pertahanan ke serangan. Pemain dilatih untuk bergerak cepat setelah merebut bola, memanfaatkan kecepatan penyerang untuk mengeksploitasi ruang di belakang pertahanan Leicester.
Dengan penerapan strategi-strategi tersebut, van Nistelrooy telah mampu melewati ujian pertama sebagai pelatih sementara MU. Ujian itu mampu dilalui dengan manis, terlampau manispun dengan skor 5-2 untuk kemenangan MU atas sesama tim papan atas Liga Primer Inggris mengindikasikan bahwa MU tidak salah mempercayakan kursi kepelatihan kepada van Nistelrooy.
Jadi, rentetan kemenangan demi kemenangan, dengan sendirinya akan menempatkan van Nistelrooy menjadi pelatih permanen MU, begitu bukan?
Salam Blogger Persahabatan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H