Lantas, apakah Kabinet Zaken ini berhasil?
Kabinet Zaken atau Kabinet Djuanda yang berlangsung dari April 1957 hingga Juli 1959 memiliki beberapa program utama, antara lain membentuk suatu Dewan Nasional, normalisasi keadaan negara Republik Indonesia, melanjutkan pembatalan perjanjian Konferensi Meja Bundar, dan mempercepat pembangunan.
Namun, masa kabinet ini tidak berjalan mulus, mereka harus menghadapi berbagai masalah serius, seperti pemberontakan PRRI-Permesta, upaya pembunuhan Presiden Sukarno di Cikini, dan perselisihan hebat di Dewan Konstituante.
Kabinet Djuanda berhasil melemahkan pemberontakan PRRI-Permesta dengan cara menghentikan impor beras dari Hong Kong dan Amerika Serikat, yang diambil alih oleh pihak PRRI di Singapura dan beralih pada impor beras dari Uni Soviet, karena dapat langsung diterima di Pelabuhan Indonesia. Dengan begitu, PRRI-Permesta kehabisan dana untuk membeli senjata.
Berbagai kebijakan berhasil dibuat Kabinet Djuanda. Namun sayangnya, kabinet ini harus berakhir ketika Presiden Sukarno mengeluarkan dekrit pada 9 Juli 1959. Dekrit berisi mengenai penghapusan Konstituante dan pemberlakuan kembali Undang-Undang Dasar 1945, sekaligus menandai berakhirnya masa Demokrasi Liberal di Indonesia.
Zaken Kabinet Solusi Pemerintahan Lebih Profesional?
Jika membandingkan zaken kabinet dengan kabinet-kabinet bentukan Presiden Jokowi selama sepuluh tahun pemerintahannya, maka tidaklah jauh beda menurut saya. Selama pemerintahan Presiden Jokowi, pak Jokowi juga selalu merekrut bawahannya alias menteri-menterinya dari kalangan profesional dan dapat dikatakan ahli dibidangnya.
Sebut saja Pratikno, Menteri Sekretaris Negara, adalah juga Rektor di Universitas Gajah Mada (UGM). Andrinof Chaniago, Menteri Perencanaan Pembangunan / Kepala Bappenas, memiliki latar belakang ahli kebijakan publik dan anggaran. Ada Indroyono Soesilo, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, adalah praktisi di bidang kemaritiman. Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, bukanlah dari partai melainkan seorang ahli ekonomi yang dihunjuk oleh Presiden Jokowi.
Lalu ada sosok wanita tangguh yang tak asing lagi namanya, seorang pengusaha sukses bernama Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan di periode pertama pemerintahan Jokowi yang membuat keputusan kontroversial dengan menenggelamkan kapal-kapal asing yang melaut di perairan nusantara, namun mendapatkan tantangan dari menteri-menteri lainnya yang berasal dari kalangan politik.
Ada nama Arief Yahya, Menteri Pariwisata berlatar belakang profesional di sektor pariwisata. Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan berlatar belakang ekonom dengan pengalaman di bidang keuangan publik. Lalu ada Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika, adalah berlatar belakang profesional di bidang teknologi informasi.
Nina F Moeloek, Menteri Kesehatan berlatar belakang dokter dan akademisi di bidang kesehatan. Dan Anies Baswedan juga pernah mengecap Menteri Pendidikan di era Jokowi Jilid I.