Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Modul 1.2: Nilai dan Peran Guru Penggerak, Membuat Trapesium Usia PGP Angkatan 10

26 September 2024   05:52 Diperbarui: 26 September 2024   06:56 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya : Nilai dan Peran Guru Penggerak, Diagram Trapesium Usia, Roda Emosi

Bagaimana momen yang terjadi di masa sekolah dapat melekat erat di dalam ingatan, bahkan memengaruhi diri di masa sekarang

Di dalam modul 1.2 ini, CGP diberikan ruang dan waktu untuk dapat belajar dan mengeksplorasi mengenai Nilai dan Peran Guru Penggerak. Pada modul ini, kita diajak untuk membuat sebuah diagram trapwsium usia, kemudian menjawab beberapa pertanyaan mengenai diri sendiri tentang momen di masa sekolah yang masih dapat kita rasakan.

Masa-masa sekolah adalah masa yang selalu akan menjadi kenangan yang sangat indah. Baik itu untuk kenangan negatif, maupun yang positif. Kejadian memalukan, menyenangkan, haru, kecewa, hamper semua rasa dapat kita rasakan.

Tentu saja hal tersebut menjadi hal yang penuh makna karena dari keseluruhan kejadian tersebut, kita dapat mengambil hikmah, untuk selanjutnya dapat dijadikan cermin dan pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan kita. Kini, dan masa yang akan datang.

Mengenang sesuatu, baik yang psoitif maupun yang negative tentu menjadi sesuatu yang penting, karena dari keduanya dapat kita lihat dari kaca mata kedewasaan, sehingga kita akan menjadi lebih bijak di dalam berpikir dan bertindak.

Di diagram trapezium umur, saya menuliskan umur 14 tahun merupakan kenangan yang membuat saya tidak pernah mampu melupakan saat-saat tersebut. Walaupun sudah 34 tahun yang lalu kejadiannya, namun kenangan tersebut enggan enyah dari memori.

Ya, di usia tersebut, saya sudah menduduki kelas 2 di sekolah menengah pertama. Yang membuat saya selalu bersedih di fase tersebut adalah karena ada seorang guru yang selalu membanding-bandingkan saya dengan kakak saya yang walaupun umurnya terpaut 2 tahun, namun sekolah hanya selisih satu tahun. Ya, kakak saya memang pintar, dia selain cantik, selalu juara kelas.

Namun saya, selain wajah pas-pasan, nilai akademik saya jauh sekali dengan kakak saya. Sehingga, Ketika nilai akademik jauh, ditambah dengan paras yang berbeda dari kakak-kakak yang lain, lengkap sudah penderitaan saya saat itu. Setiap hari saya merasa tertekan, dan hidup di bawah bayang-bayang kakak saya.

Perlakuan guru yang membuat saya sebal tersebut, bukannya semakin menipis, malah semakin menjadi-jadi karena saya tidak mampu memberikan kepuasan nilai yang dia inginkan. (guru tersebut mengajar matematika). Hampir setiap pelajarannya, guru tersebut seakan menekan dan selalu berbicara akan "keanehan" saya tersebut.

Dia menganggap saya aneh karena berbeda dengan kakak saya. Karena saya merasa tidak nyaman dan tertekan, akhirnya rangking saya pun anjlok. Padahal di SD saya hamper selalu rangking pertama. Di SMP, saya selalu menempati 10 besar rangking terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun