Refleksi Filosofi Pendidikan KHD
Akhirnya Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10 telah memulai pembelajarannya. Kami sebagai Calon Guru Penggerak mulai belajar secara asingkronus memanfaatkan LMS pembelajaran dan dilakukan secara online.
Ki Hajar Dewantara mengatakan alur belajar merdeka dimulai dari Diri Sendiri, sehingga secanggih apapun metode atau model pembelajaran dan sepintar apapun guru yang memberikan materi toh tak akan mampu diserap oleh murid. Terkadang Guru kewalahan dalam menumbuhkan minat belajar murid. Berpikir Out of the Box, Metode atau langkah-langkah apa saja yang bisa dilakukan guru untuk menumbuhkan minat belajar murid?
Setelah membaca dan mengisi tanggapan pada materi Pendahuluan Modul 1.1 dan membuat tulisan di blog tentang Harapan Saya akan Pemikiran Ki Hajar Dewantara, maka selanjutnya belajar materi pada Ekslporasi Konsep Modul 1.1 dengan tujuan pembelajaran khusus: (1) Peserta memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) mengenai tujuan dan asas pendidikan; (2) Peserta menganalisis konsep-konsep pemikiran KHD berdasarkan pengalaman pembelajaran yang berpihak pada murid.
Setelah memaknai konsep dalam materi di modul 1.1 ini, pertanyaan yang masih muncul di benak saya adalah: Bagaimana cara kita guru di era kekinian untuk menerapkan sikap Momong, Among, dan Ngemong dalam pola pendidikan masa kini ?
Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu memiliki: (1) Pengetahuan tentang dasar-dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD), (2) Keterampilan mengelola pembelajaran yang berpihak pada murid pada konteks lokal kelas dan sekolah, (3) Sikap reflektif-kritis dalam menerapkan pembelajaran yang merefleksikan dasar-dasar Pendidikan KHD dalam menuntun murid mencapai kekuatan kodratnya.
Alur Belajar Merdeka:
Mulai dari Diri
- Kegiatan pembelajaran pemantik: (1) CGP memberikan jawaban reflektif-kritis untuk mengetahui pemahaman diri tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara, (2) CGP membuat refleksi diri tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara.
Eksplorasi Konsep
Mandiri
- Kegiatan pembelajaran: (1) CGP menyimak video tentang pendidikan di Indonesia dari zaman kolonial dan menjawab pertanyaan-pertanyaan panduan; (2) CGP menyimak video-video tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara; (3) CGP membaca 2 (dua) tulisan karya Ki Hadjar Dewantara.
Forum Diskusi
Kegiatan pembelajaran: (1) CGP mendiskusikan pertanyaan reflektif terkait pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan pendidikan Indonesia saat ini dan pendidikan pada konteks lokal sosial budaya di daerah asal CGP yang difasilitasi oleh Fasilitator. (2) CGP berbagi pengalaman praktik baik penerapan pemikiran filosofis Pendidikan KHD pada konteks lokal sosial budaya di daerahnya.
- Ruang Kolaborasi
CGP mengeksplorasi (memaknai dan menghayati) nilai-nilai luhur sosial budaya di daerah asal dalam menguatkan dan menebalkan Konteks (kodrat) Diri Murid sebagai manusia dan anggota masyarakat.
Demonstrasi Kontekstual
CGP mendesain strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD - 'Pendidikan yang Berpihak pada Murid' - sesuai dengan Konteks Diri Murid dan Sosial Budaya di daerah asal (kar2ya demonstrasi kontekstual dalam video, atau infografis atau puisi atau lagu, dll).
- Elaborasi Pemahaman
CGP mendapatkan penguatan pemahaman tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara dari Instruktur.
- Koneksi Antar Materi
CGP membuat kesimpulan dalam bentuk esai atau jurnal reflektif tentang 'Pendidikan yang Berpihak pada Murid' dengan merefleksikan seluruh rangkaian materi yang sudah dipelajari dari pemikiran-pemikiran KHD dan praktik baik yang telah dilakukan di sekolah-sekolah saat 'Elaborasi Pemahaman'.
- Aksi Nyata
CGP mengimplementasikan strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD yang telah dibuat pada 'Demonstrasi Kontekstual' secara konkret sebagai perwujudan 'Kepemimpinan Pembelajaran' yang Berpihak pada Murid' dan direfleksikan kembali dalam Jurnal Refleksi Pribadi.
Eksplorasi konsep Modul 1.1
Setelah menyimak video dan membaca 3 (tiga) tulisan KHD, Anda membuat sebuah rekaman audio berdurasi 1 hingga 3 menit (maksimum 3 menit) yang memberikan ilustrasi diri Anda sebagai "Pembelajar Merdeka" yang dapat menginternalisasi semboyan "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani".
Pertanyaan :
Apa bagian yang paling menarik bagi saya? Mengapa?
Apa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari video ini pada zaman Kolonial?
Apa persamaan dan perbedaan antara proses pembelajaran pada zaman Kolonial dengan proses pembelajaran saat ini?
Jawaban Saya:
- Yang paling menarik bagi saya, adalah Semangat para Bupati mendirikan sekolah kabupaten dengan tujuan mendidik para calon pegawai di tahun 1854. Semangat para calon pegawai ini sungguh menginspirasi, walau sudah usia dewasa, mereka tetap semangata untuk belajar. Di tahun sama, lahir juga sekolah-sekolah Bumi Putera untuk mendidik anak-anak Indonesia yang sudah berusia dewasa juga. Walau mereka sudah bukan anak-anak, namun semangat belajar mereka membuat saya sangat tertarik.
- Tujuan Pendidikan dari video pada zaman Kolonial adalah, untuk mengentaskan buta huruf dengan mengajarkan rakyat membaca, menulis, dan berhitung walau hanya seperlunya saja dan terbatas hanya bagi orang-orang pembantu dalam mendukung usaha dagang para Kolonial Penjajah. Juga pendidikan bagi calon mudir, dokter Jawa.
- Persamaan antara proses pembelajaran pada zaman Kolonial dengan proses pembelajaran saat ini, adalah : bahwa Kurikulum Merdeka dengan konsep Merdeka Belajar diterapkan sekarang ini bertujuan untuk mengembalikan filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, untuk mewujudkan kemerdekaan belajar agar murid-murid memiliki kemandirian dalam diri mereka.
- Sementara perbedaannya adalah dengan seiring perkembangan teknologi, maka metode pembelajaran lebih kompleks, spesifik dengan pemanfaatan teknologi yang semakin canggih, sementara pada zaman Kolonial, metode pembelajaran cenderung bersifat tradisional dan pembelajaran berpusat pada guru. Tujuan pendidikan pada zaman Kolonial hanya untuk memenuhi kebutuhan kerja dan kemajuan kolonial, sementara sekarang tujuan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan kerja dan membangun karakter.
Apa hasil yang anda peroleh setelah mempelajari pada alur eksplorasi
Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yagn sejalan dengan pemikiran KHD?
Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilia-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya daerah Anda?
Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.
Gagasan atau sistem yang mengatur anak, gotong-royong, kebersamaan dan solidaritas, penghargaan terhadap budaya lokal (batak toba, melayu -- deli), keterlibatan masyarakat dalam pendidikan.
Nilai-nilai gotong-royong, kebinekaan global, ramah tamah, tegur, sapa, salam, kesenian daerah yang dilestarikan dengan memasukkannya ke dalam ekstrakurikuler di sekolah yang ditampilkan dalam pentas seni atau pameran.
Penguatan peserta didik dalam konteks sosial budaya gotong royong, penghargaan terhadap solidaritas, nilai kebinekaan global.
Gagasan atau Sistem Mengatur Anak:
Jika merujuk pada filosofi pendidikan KHD, maka mengatur anak harus berkonsep humanistik fokus pada perkembangan dan pengembangan diri anak sesuai dengan watak, minat, dan bakatnya. Membentuk karakter anak dengan mengajarkan nilai-nilai integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan berempati. KHD juga mengatakan pendidikan (opvoedir) dan pengajaran (onderwijs) sebagai bagian mencerdaskan kehidupan anak.
Penguatan: Bahwa kita sebagai pendidik terutama calon guru penggerak kembali harus menanamkan nilai-nilai filosofi pendidikan bapak KHD dalam mewujudkan merdeka belajar, menanamkan nilai-nilai budaya kepada peserta didik Â
Apakah kita dikatakan berhasil apabila anak-anak lebih mendengarkan guru wali kelas dibandingkan orangtuanya, tanggapan kelompok 2
Hal-hal apa saja yang perlu dikembangkan untuk guru untuk sofskill dan hardskill untuk murid kita.
Demikianlah tulisan saya tentang Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional -- Ki Hajar Dewantara. Sampai jumpa di modul-modul berikutnya...
Salam dan Bahagia...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H