Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Panen Beras Tak Sanggup Kendalikan Harga Beras

27 Februari 2024   09:27 Diperbarui: 27 Februari 2024   09:37 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lonjakan harga pangan juga terjadi pada komoditas bawang merah yang naik 0,06% menjadi Rp34.230 per kg dan harga bawang putih bonggol naik 1,55% menjadi Rp39.380 per kg.

Di sisi lain, harga kedelai biji kering (impor) juga naik 0.60% menjadi Rp13.400 per kg. Hal serupa terjadi pada harga gula konsumsi yang naik 0,91% menjadi Rp17.740 per kg dan harga garam halus beryodium naik 1,98% menjadi Rp11.870 per kg.

Tren kenaikan harga pangan tercatat pada daging ayam ras yang naik 2,31% menjadi Rp37.620 per kg dan telur ayam ras naik 0,78% menjadi Rp29.880 per kg. Tak hanya itu, harga jagung tingkat peternak juga naik 1,72% menjadi Rp8.860 per kg.

Entahlah mengapa hal ini bisa terjadi? Sebelum menyalahkan siapa-siapa, saya mencoba mencari-cari akar permasalahan dari kenaikan harga beras yang berimbas pada kenaikan harga bahan-bahan makanan pokok lainnya.

Memang tak dapat dipungkiri bahwa kenaikan harga beras dilandasi dari berbagai faktor, diantaranya, terkait dengan kondisi pasokan atau permintaan yang tinggi.

Jadi, jika permintaan akan beras meningkat secara signifikan, karena pertumbuhan penduduk, sementara lahan pertanian atau petani-petani padi sudah mulai beralih untuk menanam tanaman yang lebih gampang diurus?

Maka otomatis disitulah permintaan akan beras akan semakin naik, karena beras adalah bahan makanan pokok utama rakyat Indonesia, sehingga tidak salah jika harga akan semakin melonjak akibat permintaan yang semakin tinggi.

Faktor alam seperti cuaca buruk, bencana alam, ataupun sekarang dikenal dengan istilah perubahan iklim yang ekstrim sehingga mengakibatkan banyak petani yang gagal panen juga menjadi ancaman dan fakta mengapa beras semakin naik harganya.

Kebocoran air tanam akibat cuaca kering, ataupun gangguan dalam proses produksi seperti penyakit tanaman atau hama bisa juga menjadi pemicu penurunan produksi beras, sehingga terjadi pasokan beras yang kurang mengakibatkan kenaikan harga karena keterbatasan ketersediaan beras, belum lagi pasokan beras domestik lemah, karena petani tidak mau mengembangkan lahan pertanian mereka dan juga tidak mau membuka lahan baru, sementara lahan pertanian sudah dijadikan daerah pemukiman baru.

Kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan harga pupuk, bahan bakar atau biaya untuk menggaji tenaga kerja, juga langkanya tenaga kerja baru, diakibatkan oleh rendahnya minat masyarakat untuk menjadi petani, berakibat pada meningkatnya harga beras.

Fluktuasi nilai tukar rupiah dengan dolar AS juga berpengaruh pada kenaikan harga beras, mengapa? Sebab harga beras impor menjadi lebih tinggi, karena alat pertukaran menggunakan mata uang dollar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun