Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Panen Beras Tak Sanggup Kendalikan Harga Beras

27 Februari 2024   09:27 Diperbarui: 27 Februari 2024   09:37 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harga Beras Naik. Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240224123526-4-517273/harga-beras-mahal-dan-pecah-rekor-terus-biang-keroknya-ternyata-ini

Libur Natal dan Tahun Baru 2024 kemarin kami pulang ke kampung mertua yang berada di Huta Tamba, tepatnya di daerah perbukitan Danau Toba.

Untuk menuju kesana, harus menyeberangi Danau Toba dan menanjak keatas perbukitan yang indah dan penuh dengan pesona tantangan dengan jalan yang berliku dan terjal, walau sudah di aspal atau bahkan di cor, tapi karena saluran air hujan belum dibuat dengan baik, maka jalan-jalan pun sudah banyak yang rusak, mengakibatkan sang supir harus lebih berhati-hati dalam membawa kendaraannya.

Yang paling membuat saya kagum dengan kampung bernama Huta Tamba yang lebih dikenal dengan Negeri Tamba itu dipenuhi dengan pemandangan indah dipadu dengan hijaunya alam akibat ditumbuhi dengan pohon-pohok alpukat, kopi, jagung, dan tentunya padi-padi yang menghijau membuat mata kita sangat segar dengan pemandangan alam yang disuguhkan.

Itulah sekilas cerita dengan Negeri Tamba yang konon, bahkan hingga sekarang disebut dengan Negeri Penghasil Padi atau Beras Terbaik.

Tak percaya? Silahkan coba untuk research atau mencari tau apakah ini benar atau tidak? Walau sekarang sudah banyak beralih menanam kopi, bawang, dan juga jagung, namun tetaplah para petani di Negeri Tamba masih berusaha untuk bertanam padi demi menjaga citra dan juga untuk mempertahankan beras terbaik untuk dimakan, walau kenyataan beras bulog juga mereka dapatkan.

Lantas, apa hubungan dari cerita daerah yang masih bertani padi ini dengan naiknya harga beras hampir diseluruh pelosok tanah air?

Ya, sangat berhubunganlah, karena ternyata daerah-daerah penghasil padi yang mungkin sekarang sudah memasuki masa panen akhirnya tak dapat menolong untuk menstabilkan harga beras.

Hari per hari, harga beras diberitakan semakin naik harganya. Terbaru, per 26 Februari 2024 beras premium naik menjadi Rp. 16.530 per kilogramnya. Sungguh miris bukan? Apakah kita akan disuruh untuk makan beras bulog?

Berdasarkan panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Senin (26/2/2024) pukul 08.50 WIB, rata-rata harga beras kualitas premium naik 1,41% menjadi Rp16.530 per kilogram (kg), sedangkan harga beras medium turun 0,49% menjadi Rp14.180 per kg.

Harga beras hari ini masih di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No. 7/2023 sebesar Rp10.900 - Rp11.800 per kg untuk beras medium dan Rp13.900-Rp14.800 per kg untuk beras premium.

Lonjakan harga pangan juga terjadi pada komoditas bawang merah yang naik 0,06% menjadi Rp34.230 per kg dan harga bawang putih bonggol naik 1,55% menjadi Rp39.380 per kg.

Di sisi lain, harga kedelai biji kering (impor) juga naik 0.60% menjadi Rp13.400 per kg. Hal serupa terjadi pada harga gula konsumsi yang naik 0,91% menjadi Rp17.740 per kg dan harga garam halus beryodium naik 1,98% menjadi Rp11.870 per kg.

Tren kenaikan harga pangan tercatat pada daging ayam ras yang naik 2,31% menjadi Rp37.620 per kg dan telur ayam ras naik 0,78% menjadi Rp29.880 per kg. Tak hanya itu, harga jagung tingkat peternak juga naik 1,72% menjadi Rp8.860 per kg.

Entahlah mengapa hal ini bisa terjadi? Sebelum menyalahkan siapa-siapa, saya mencoba mencari-cari akar permasalahan dari kenaikan harga beras yang berimbas pada kenaikan harga bahan-bahan makanan pokok lainnya.

Memang tak dapat dipungkiri bahwa kenaikan harga beras dilandasi dari berbagai faktor, diantaranya, terkait dengan kondisi pasokan atau permintaan yang tinggi.

Jadi, jika permintaan akan beras meningkat secara signifikan, karena pertumbuhan penduduk, sementara lahan pertanian atau petani-petani padi sudah mulai beralih untuk menanam tanaman yang lebih gampang diurus?

Maka otomatis disitulah permintaan akan beras akan semakin naik, karena beras adalah bahan makanan pokok utama rakyat Indonesia, sehingga tidak salah jika harga akan semakin melonjak akibat permintaan yang semakin tinggi.

Faktor alam seperti cuaca buruk, bencana alam, ataupun sekarang dikenal dengan istilah perubahan iklim yang ekstrim sehingga mengakibatkan banyak petani yang gagal panen juga menjadi ancaman dan fakta mengapa beras semakin naik harganya.

Kebocoran air tanam akibat cuaca kering, ataupun gangguan dalam proses produksi seperti penyakit tanaman atau hama bisa juga menjadi pemicu penurunan produksi beras, sehingga terjadi pasokan beras yang kurang mengakibatkan kenaikan harga karena keterbatasan ketersediaan beras, belum lagi pasokan beras domestik lemah, karena petani tidak mau mengembangkan lahan pertanian mereka dan juga tidak mau membuka lahan baru, sementara lahan pertanian sudah dijadikan daerah pemukiman baru.

Kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan harga pupuk, bahan bakar atau biaya untuk menggaji tenaga kerja, juga langkanya tenaga kerja baru, diakibatkan oleh rendahnya minat masyarakat untuk menjadi petani, berakibat pada meningkatnya harga beras.

Fluktuasi nilai tukar rupiah dengan dolar AS juga berpengaruh pada kenaikan harga beras, mengapa? Sebab harga beras impor menjadi lebih tinggi, karena alat pertukaran menggunakan mata uang dollar.

Kedoyanan kita untuk mengimport beras diakibakan oleh ketidakmampuan kita untuk swasembada beras menjadi pemicu kenaikan harga beras. Mengapa masih impor beras? Karena setiap tahun terjadi penambahan penduduk.

Sementara kebutuhan makanan pokok kita masih bergantung pada beras, walau negeri kita adalah penghasil sumber-sumber makanan lainnya seperti jagung, singkong, sagu, dan banyak lagi sumber makanan lain pengganti beras, namun dasar memang perut masyarakat Indonesia yang sudah terlanjur belum menganggap sudah makan, apabila belum makan nasi.

Untuk itu dari sekarang mari kita biasakan untuk tidak makan beras, namun membiasakan mengganti beras jadi makanan pokok dengan mulai terbiasa mengkonsumsi Singkong yang kaya Karbohidrat dan dapat diolah dengan berbagai versi, seperti Singkong Goreng, Singkong Rebus, dan Tape Singkong.

Jagung juga bisa menjadi bahan makanan pokok pengganti beras, karena jagung adalah sumber karbohidrat yang kaya serat dan nutrisi.

Jagung juga bisa diolah menjadi berbagai makanan seperti jagung manis rebus, jagung bakar, atau dikonsumsi dalam bentuk tepung jagung untuk membuat olahan seperti bubur maizena.

Ubi merupakan sumber karbohidrat yang sehat dan mengandung serat tinggi. Ubi bisa diolah menjadi berbagai makanan seperti ubi rebus, ubi goreng, atau dikukus sebagai camilan sehat.

Sagu adalah sumber karbohidrat yang biasa digunakan sebagai pengganti beras dalam olahan makanan tradisional Indonesia seperti bubur sagu, papeda (makanan khas Maluku), atau kue-kue tradisional lainnya.

Ketan merupakan varietas beras yang memiliki tekstur lengket dan biasa digunakan dalam olahan makanan tradisional seperti ketan hitam, ketan durian, atau lemper.

Kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, atau kacang tanah juga dapat menjadi alternatif pengganti beras dalam olahan makanan seperti bubur kacang hijau, kolak kacang merah, atau sate kacang.

Lantas usaha apa yang sudah kita lakukan untuk mengendalikan harga beras?

Tentunya ikut berhemat dengan tidak terlalu banyak lagi mengkonsumsi beras di rumah, apalagi bagi umat Katolik sekarang dalam kondisi berpuasa atau menjalani masa Pra Paskah, maka sebagai bentuk peran dalam mengurangi konsumsi beras dengan cara makan lebih sedikit beras, perbanyak makan kacang-kacangan atau jagung, atau singkong, maupun ubi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun