Beberapa protes berubah menjadi kerusuhan yang mengakibatkan kerusakan properti, bentrokan fisik, dan korban jiwa.
Pemerintah terpaksa sedikit tegas, bersama dengan aparat keamanan berusaha mengendalikan situasi dan mengatasi ketegangan. Selain itu, upaya diplomasi juga dilakukan untuk meredakan ketegangan antara kedua kubu politik.
Dampak dari tragedi politik tersebut adalah memperlihatkan kompleksitas dan tantangan dalam mengelola perbedaan pendapat politik dalam masyarakat yang demokratis.
Ini juga menunjukkan pentingnya komunikasi yang efektif, pemahaman bersama, dan penghormatan terhadap hasil pemilihan agar tidak berkembang menjadi konflik lebih lanjut.
Dan lagi-lagi, bukanlah Prabowo namanya jika harus menyerah dengan segala kekurangannya itu, beliau kembali menegaskan akan tetap maju di Pilpres 2024 nanti di usia ke-71.
Tidak ada kata kapok apalagi menyerah dalam diri mantan Pangkostrad ini, walau sudah berusia 71 tahun dan tahun depan saat Pilpres digelar, genap berusia 72 tahun, mantan suami dari Siti Hediati Hariyadi alias Mbak Titiek Soeharto kembali siap mencalonkan diri sebagai calon presiden bersama dengan partai yang dia dirikan tahun 2008 bernama Partai Gerakan Indonesia Raya sebagai kendaraan politiknya menuju kekuasaan.
Koalisi Gemuk versus Koalisi Krempeng
Hingga dua bulan menjelang pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden, Prabowo bersama dengan partai politiknya terus mendengung-dengungkan promosinya untuk dilirik jadi calon presiden.
Terang-terangan dia tak mau jadi wakil, maunya jadi presiden, mimpi yang selalu diutarakan, bahkan sampai harus gebrak-gebrak meja, mukul-mukul meja, bisa dibayangkan bukan apabila meja itu diganti dengan kepala manusia?
Itulah nafsu berkuasanya seorang Prabowo, seorang Menteri Pertahanan yang dipilih langsung oleh Presiden Jokowi dengan tujuan untuk merangkul rival menjadi teman dan untuk meredakan ketegangan suasana politik seusai Pilpres 2019.
Usaha yang manjur, namun hasrat Prabowo kembali membuncah menjelang Pemilu 2024 dengan membantuk koalisi yang sejauh ini telah diisi oleh Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional ,dan terakhir yang bergabung adalah Partai Golongan Karya alias Golkar yang secara matematika politik telah memenuhi ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-Undang Pemilu.