Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Angkot atau Pilih Bus Trans Metro Pasca Tragedi Angkot Versus Kereta Api di Medan

10 Desember 2021   09:46 Diperbarui: 10 Desember 2021   10:06 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak dapat dipungkiri, naik angkot di kota Medan ini memang 'ngeri-ngeri sedap' bisa alat spot jantung. Kalau Anda pengen cek detak jantung dan nyali, maka silahkan naik angkot yang ugal-ugalan, dan pilihlah angkot yang trayeknya panjang, maka Anda akan dipastikan mendapatkan pengalaman terbaru menjelajahi sebagian kota Medan dari sudut duduk di angkot yang kadang kencang, kadang pelan dan kadang nyelip-nyelip, misalnya angkot 123 yang mengalami kecelakaan fatal saat menerobos lintasan kereta api tadi atau angkot KPUM 07 atau 10 dan lainnya.

Orang Medan pastilah terbiasa dengan pengalaman angkot saling salib, angkot saling kejar-kejaran dengan alasan kejar setoran, angkot menerobos saat lampu hijau, tiba-tiba kuning, akan berganti lampu merah, angkot bukannya pelan, tapi makin kencang agar lewat lampu merah.

Sopir dengan kecepatan tiba-tiba menerobos lampu merah itu, atau berhenti pas ditengah-tengah tanda penyeberangan pejalan kaki.

Angkot di lampu merah, selalu terdepan. dokpri
Angkot di lampu merah, selalu terdepan. dokpri

Sungguh angkot di Medan menjadi potret semrawutnya lalu lintas di kota terbesar nomor tiga di Indonesia ini. Tak dapat dipungkiri masalah disiplin berkendara sopir angkot menjadi penyumbang masalah macet terbesar di kota Medan.

Dimana-mana kita lihat angkot 'sukak-sukaknya' berhenti atau tiba-tiba pelan dan tiba-tiba 'ngegas', bahkan 'ngetem' dalam waktu lama membuat mobil dibelakangnya berhenti dan bunyikan klakson bersahut-sahutan, namun sopir angkotnya merasa nga bersalah.

Begitulah potret angkot kota Medan, sehingga tak jarang sopirnya kena semprot atau kena 'maki', namun itulah anehnya mereka serasa kebal dan jalan itu milik sendiri.

Pengalaman saya pengguna jasa angkot memang sudah kenyanglah, masih ingat dulu sewaktu ke sekolah harus gantung di pintunya karena sopirnya maksa penumpang tak berseragam masuk walau sudah penuh, sehingga anak sekolah korban untuk gantung, karena ongkosnya hanya gopek alias lima ratus perak, atau naik jadi seribu lima ratus rupiah, sementara penumpang umum ongkosnya goceng alias lima ribu rupiah.

Walau sudah di era modern transportasi dengan lahirnya transportasi online diawali kemunculan aplikasi seperti gojek, grab dan lainnya serta lahirnya moda transportasi lebih modern seperti Trans Metro Deli, namun kebutuhan masyarakat kota Medan akan keberadaan angkot masih tinggi mengakibatkan angkot masih bisa bersaing dan masih eksis seperti sekarang ini.

Namun, kecelakaan naas oleh kecerobohan sopir angkot berinisial KM yang menerobos lintasan kereta api mengakibatkan 4 korban jiwa ini harusnya jadi pelajaran berharga dalam memilih moda transportasi lebih aman.

Di Kota Medan sekarang sudah ada Trans Metro Deli, moda transportasi terbaru untuk menjawab anekdot selama ini yang menyatakan Medan kental dengan bahasa 'Ini Medan Bung', merujuk kemacetan yang diakibatkan oleh bertumpuknya mobil pribadi dan angkot yang diakibatkan oleh ketidakdisiplinan dan kebiasaan sopir angkot yang 'ngetem' di sembarang tempat atau dipersimpangan-persimpangan yang memang banyak digunakan masyarakat untuk menunggu angkot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun