Usai kata sambutan dari Sandiaga Uno plus dengan resmi secara virtual membuka diskusi "International Conference Heritage of Toba," maka sesi pertama dibuka dengan menampilkan empat pemateri dengan tema "Kaldera Toba: Menyambung Peradaban Zaman" dengan moderator Arita Nugraheni, Peneliti Litbang Kompas.
Pemateri pertama, Indyo Pratomo, Ahli Geologi Badan Geologi Bandung dengan materi "Keunikan Geologis Danau Toba sebagai Potensi dan Daya Tarik Wisata".
Beliau menceritakan kembali bagaimana awal proses Danau Toba dari tiga kali letusan. Kaldera Toba, sebuah erupsi yang besar sekali yang ukurannya sangat luar biasa sehingga disebut Supervolcano.
Beliau bercerita bagaimana dahsyatnya letusan Gunung Toba mengalahkan letusan gunung-gunung aktif lainnya di Nusantara ini, semacam letusan Gunung Tambora sekitar 200 tahun lalu, lalu ada Letusan Gunung Krakatau sekitar 800 tahun lalu, yang membentuk Kaldera Rinjani.Â
Terakhir, Letusan Gunung Toba yang tentunya kita tahu adalah Kaldera Sibandang setelah dua kali letusan sebelumnya, yaitu letusan Porsea pada 840.000 tahun lalu, sehingga dinamai dengan Old Toba Tuff.
Ledakan tersebut pastinya seperti namanya, menghasilkan kaldera atau kawah di sebelah timur kawasan Danau Toba bernama Porsea, yang kini jadi Kabupaten Toba Samosir.
Kedua, letusan Haranggaol, terjadi pada 500.000 tahun lalu dan dinamai dengan Middle Toba Tuff. Ledakan ini membentuk kaldera atau kawah di sebelah utara kawasan Danau Toba bernama Haranggaol seperti sekarang ini.
Pembicara sesi kedua diisi oleh Ibu Prof. Harini Muntasib, Ahli Ekowisata IPB memberikan materi Optimalisasi Sektor Wisata Danau Toba Melalui Pengembangan Wisata Berwawasan Lingkungan.Â
Beliau memberikan masukan agar kita mengangkat branding, kita harus bisa memasukkan tema "Mengenalkan Sejarah Gunung Api Raksasa Toba dan Perkembangan Kondisi Biotik Toba" kepada dunia, sehingga mereka tertarik untuk berkunjung ke Danau Toba dan melihat langsung serta mendapatkan rasa penasaran akan branding yang kita bangun tentang pariwisata Danau Toba.Â