Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perundungan Merajalela, Akibat Melempemnya Pendidikan Karakter?

13 April 2019   11:08 Diperbarui: 13 April 2019   11:16 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perundungan Marak Terjadi, Apakah Karena Pendidikan Karakter Melempem? sumber:www.tribunnews.com

#JusticeForAudrey, hastag yang sangat ramai di media sosial untuk memberikan dukungan moral kepada Audrey, siswa SMP yang di keroyok oleh siswa SMA beberapa waktu yang lalu. 

Audrey mengalami perundungan atau 'bulying' tingkat tinggi yang mengakibatkan dia harus dirawat di rumah sakit karena mengalami kekerasan fisik yang bahkan mengakibatkan pembengkakan di alat vital siswi SMP tersebut.

Yang paling miris, kejadian ini awalnya dari candaan di media sosial yang mengakibatkan sang siswi SMA sakit hati dan mengajak teman-temannya untuk melakukan perundungan terhadap Audrey. 

Jika kita telusuri kronologi kejadian, kita pasti menyesalkan perbuatan kedua remaja beda umur ini. Yang satu siswi SMP, awalnya suka menyindir pelaku di media sosial karena ibunya pernah meminjam uang dan mantan pacar pelaku adalah pacar sepupu korban.

Hal ini sebetulnya hal yang biasa terjadi di kalangan remaja tanah air kita. Tetapi cara penyelesaian masalah yang dilakukan si pelaku bersama teman-temannya mengakibatkan kerugian yang sangat besar terhadap Audrey. Betapa tidak? 

Pelaku bersama teman-temannya melakukan perundungan atau bulying atau pengeroyokan yang membuat Audrey harus mengalami luka-luka dan trauma mendalam.

Perundungan sendiri adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti secara fisik verbal, psikologis oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang orang yang merasa tidak berdaya. 

Perundungan dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan power atau kekuasaan mereka untuk memberikan rasa takut kepada sasarannya.

Perundungan ini adalah kesekian kalinya dan lagi-lagi dilakukan oleh remaja atau pelajar kita. Ini membuktikan ada yang salah dengan sistem pendidikan kita, karena para pelajar yang tugas utamanya adalah belajar, malah melakukan perundungan kepada adik kelas mereka. 

Tentunya kita masih ingat dengan perundungan yang dilakukan oleh siswanya sendiri terhadap guru di SMK NU 03 Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. 

Memang berawal dari hal-hal yang dianggap sepele, namun karena dibiarkan begitu saja, maka perundungan berakibat fatal karena telah merenggut hak-hak dari si anak atau guru yang menjadi korban perundungan.

Kebanyakan sekarang kita melihat perundungan malah banyak memakan korban guru dan siswa itu sendiri, dilakukan oleh siswa terhadap guru, maupun diantara siswa itu sendiri terjadi perundungan.

Hari ini baru saja saya mendapatkan curhat dari seorang siswa kelas sebelas ips. Dia bercerita bagaimana perundungan yang dia alami oleh teman sekelasnya. 

Lantas mengapa perundungan semakin marak terjadi di kawasan sekolah atau pelakunya pelajar yang tugasnya masih sekolah? Ini yang menjadi tantangan besar yang harus kita cari jalan keluarnya.

Ok kita simpati, tetapi apakah cukup dengan simpati? Saya rasa harus ada tindakan tegas dari semua pihak, terutama dari keluarga -- melibatkan orangtua tentunya -- juga dari pihak sekolah itu sendiri, tidak hanya guru, tetapi seluruh perangkat sekolah harus tegas menegakkan aturan untuk menghindarkan siswa melakukan perundungan.

Menguatkan Pendidikan Karakter dan Menjaga Pergaulan Anak

Lantas apa yang harus kita lakukan? Harus ada kolaborasi tegas dari orangtua dan pihak sekolah untuk menuntaskan masalah perundungan ini. Perundungan terjadi diawali dari hal-hal yang sepele, termasuk dari pertemanan atau pergaulan anak.

Sebagai contoh seperti curhatan siswa yang mengalami perundungan baru-baru ini. Awalnya karena curhatan dia kepada teman sekelasnya mengenai teman sekelas mereka juga yang iseng. Keisengan itu misalnya karena mantan pacarnya sekarang pacaran dengan teman sekelas yang melakukan perundungan. 

Lalu si temannya ini memberitahukan diam-diam kepada si perundung dengan harapan si perundung marah dan balik menyerang si korban. 

Begitulah awalnya. Lalu si perundung ini mengumpulkan teman-temannya untuk melakukan buly -- perundungan -- kepada temannya ini yang memang sejak awal tidak mereka sukai.

Dengan bermodalkan cerita yang 'dibumbui' untuk memanas-manasi si pelaku, maka si pelaku benar-benar kompornya panas dan meledak dengan mendatangi atau mengundang atau mengajak si korban ke tempat yang sepi, sehingga terjadi perundungan yang berakibat pada kekerasan fisik.

Atau bisa juga lewat media sosial, mereka beramai-ramai memaki, membuly, membuat stigma tidak baik akan diri si korban, sehingga si korban trauma dan takut untuk sekolah lagi, atau minimal pindah kelas atau pindah sekolah.

Lantas bagaimana kita meminimalisir terjadinya perundungan ini di sekolah? Cara paling baik adalah mengawasi pergaulan anak kita di luar jam pelajaran sekolah. 

Sementara di dalam lingkungan sekolah berikan kebebasan untuk guru kembali mendisiplinkan anak tanpa rasa takut akan kena jeratan hukum terkuhuss yang terdapat dalam UU Perlindungan Anak (UU No. 23 Tahun 2002), khususnya Pasal 13 Ayat 1, berbunyi "bahwa setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: diskriminasi; eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; penelantaran; kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan; ketidakadilan; dan perlakuan salah lainnya".

Kenapa guru harus tegas? Karena aktifitas siswa lebih banyak di dalam sekolah, sehingga pergaulan siswa memang terbentuk di sekolah. 

Sementara di sekolah berkumpul karakter anak dari berbagai latar belakang keluarga, lingkungan sekitar, pendidikan dan pekerjaan orangtua, pun dari sikap, sifat dan tingkah laku anak yang beraneka ragam.

Sehingga di sekolah itu bercampur baur antara siswa yang berkarakter baik dari keluarganya, dengan anak yang berasal dari keluarga yang broken home misalnya, sehingga benar-benar penguatan pendidikan karakter itu sangat dibutuhkan di kembangkan di sekolah.

Untuk itu dalam menghentikan aksi-aksi perundungan terhadap siswa di lingkungn sekolah, maka yang perlu kita lakukan sebagai orangtua maupun guru adalah:

Pertama, sebagai orangtua awasi tingkah laku dan pergaulan anak di sekolah maupun di luar sekolah. Memang era kekinian sangat sulit bagi orangtua mengontrol anaknya dan telah mempercayakan proses perkembangan dan pendidikan anak kepada sekolah, karena orangtua lebih fokus pada pengembangan karir, bisnis, hingga pekerjaan mereka. 

Sehingga terkadang mereka lalai mengawasi akan pola tingkah laku, kegiatan anak di luar jam sekolah, maupun di dalam sekolah.

Orangtua lebih condong hanya pengen mengetahui nilai-nilai ujian dan rapor anak, sementara pergaulan dan bagaimana mereka di sekolah tidak perlu dipantau. Ini adalah tindakan yang salah. 

Maka sebagai solusinya, orangtua harus proaktif mempertanyakan perkembangan anak minimal kepada wali kelasnya. Sering-seringlah komunikasi dengan pihak sekolah akan keadaan anak.

Jika dirumah, seringlah cek smartphone anak kita, lihat apa saja isi percakapan ataupun media sosial mereka sehingga tau apa yang menimpa anak.

Kedua, sebagai pendidik harus aktif dan gencar menerapkan pendidikan karakter, dimana guru harus mampu mengawasi kegiatan anak di sekolah. 

Sekolah harus mampu memampangkan nilai-nilai karakter di sekolah dan menerapkannya di sekolah sebagai awal penerapan di tengah-tengah keluarga, lingkungan maupun masyarakat.

Semoga kasus yang menimpa Audrey ini benar-benar menjadi pelajaran bagi kita semua agar tidak terjadi kasus serupa yang menimpa anak-anak negeri ini. perundungan bisa kita cegah jika semua pihak bisa berperan dengan baik. Semoga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun