Senang rasanya ketika saudara kita etnis Tionghoa bisa merasakan Imlek, sama seperti kita bisa merayakan Natal dan Tahun Baru, juga perayaan hari besar agama lainnya tanpa harus ada kecemburuan sosial.
"Mana Angpaonya pak?", begitulah candaan seorang siswa etnis Tionghoa yang kebetulan hari ini sedang mengikuti Simulasi UNBK di sekolah kami.
"Wah mana kue bakulnya dulu?", candaku membalas tawaran dia ketika sesi ujian selesai dan saya memulai wawancara seputar kemeriahan merayakan tahun baru Imlek.
"Apa saja yang kamu lakukan saat Imlek?", itulah awal pertanyaan saya untuk mengetahui tradisi-tradisi Imlek di keluarga mereka.
Intinya, setelah melihat dan mengalami sendiri bagaimana kemeriahan tahun baru Imlek itu, tidak jauh beda dengan suasana Natal dan Tahun Baru yang saya alami beberapa hari yang lalu. Mungkin hanya tata cara merayakannya yang berbeda.
Diantaranya: memupuk rasa persaudaraan, lebih menjalin tali silaturahmi, saling berbagi kasih kepada sesama dan kepada Tuhan dengan cara memberikan rezeki yang kita punya kepada sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H