Ketika aktif bermain, pekerjaan kotor mentekel, mengganggu, adu fisik, pemotong serangan lawan, adalah pekerjaan Descamps dan sukses membawa Les Blues ke final bersua Brazil. Dua gol kompatriotnya, Zinedine Zidane membawa Perancis untuk kali pertama juara Piala Dunia.
Dua puluh taun lalu, Descamps berada di lapangan berpeluh keringat memperjuangkan sejengkal lapangan tengah miliknya dari serbuan lawan. Kini, dia telah menjadi pemimpin, ya pemimpin sepasukan anak-anak muda terpilih Perancis untuk kembali berjuang di tanah Rusia menggondol Coupe du Monde kembali ke Paris. Apakah bisa?
Melihat gaya meledaknya di pinggir lapangan memberikan instruksi, pendekatan, taktik dan permainan sebagai pelatih, sangat pas meniru gaya Aime Jacquet, sang mentornya kala menjadi kampiun 1998. Ya, terlihat memang Descamps sangat mengidolai gaya kepemimpinan Jacquet, sehingga muncullah Timnas Les Blues sekarang yang hampir sama seperti 20 tahun yang lalu.
Ya, kala itu Jacquet sedikitpun tidak takut dan bergeming untuk tidak mengikutsertakan duo bintang hebat Perancis, David Ginola (Tottenham Hotspur) dan Eric Cantona (mega bintang Manchester United), dipinggirkan demi untuk aksi-aksi Zinedine Zidane dan Youri Yorkaef.
Keputusan tepat itu berbuah manis dengan gelar Piala Dunia 1998. Kini, Descamps pun tidak takut akan kritik sebab tidak membawa megabintang Real Madrid, Karim Benzema dan banyak pemain Perancis lainnya ke Rusia. Sejauh ini keputusan beliau sangat tepat setelah menginjak babak semifinal.
Usia muda, baru menginjak 50 tahun adalah usia produktif dan Descamps telah menunjukkan kinerjanya dengan membentuk tim paling baik di "Generasi kedua Ayam Jantan" setelah era tahun 1998 merebut Piala Dunia dan 2000 merebut Piala Eropa. Generasi Antonio Griezman, Raphael Varane, N'golo Kante, hingga Kylan Mbappe sejauh ini mampu memberikan apa yang diinginkan oleh Descamps dan seluruh rakyat Ayam Jantan untuk kembali membawa tropi membanggakan 20 tahun lalu.
Akankah mantan pelatih Juventus yang berhasil membawa Si Nyonya Tua kembali promosi ke Seri B setelah terpuruk oleh kasus Calciopolli ini bakal bisa membawa Perancis berjaya usai rentetan buruk dan terpuruk oleh Italia di Piala Dunia 2002? Layak ditunggu bersama Kacang Garuda.
(2). Gareth Southgate. Pelatih Three Lions, adalah mantan bek Timnas Inggris yang terakhir kalinya membela klub Middlesbrough. Dengan 57 caps Internasional dan dua gol, Southgate menjadi pelatih sejak 2016 menggantikan Sam Allardyce yang terkena skandal suap. Di bawah tangan dingin Southgate, Singa Muda Inggris mampu memberikan yang terbaik bagi negaranya, walau di awal turnamen tidak diharapkan berbuat banyak.
Bayangkan skuad muda dengan rataan umur 25,9 tahun, pemain-pemain asal EPL ini ternyata bisa menapak prestasi lebih jauh dari ekspektasi yang diberikan. Rakyat Inggris sekarang boleh tersenyum dan bernyanyi dengan riangnya di sepanjang jalan-jalan kota Inggris dan Rusia. Pasalnya, segala kutukan Piala Dunia telah terpatahkan dengan lolos ke babak perempat final dan lolos ke semifinal.
Ya, di Brazil 2014, Inggris secara memalukan tidak lolos dari penyisihan grup. Afrika Selatan 2010, hanya penghibur di babak 16 besar. Kini telah menapak semifinal untuk bersua dengan Belgia.