Terkadang, ada orang tua yang keberatan dengan mengatakan “anaknya cacingan” karena disuruh mengutip sampah. Inilah salah satu contoh orang tua tidak mengetahui bagaimana kondisi sekolah tempat anaknya di didik dan tidak tau apa peraturan yang berlaku di sekolah. Padahal, telah dilakukan sosialisasi peraturan yang ada sewaktu anaknya mendaftar dan diterima di sekolah ini.
3. Mengetahui karakter dan sifat Guru
Setiap pagi, guru sudah harus berada, berdiri dan menyapa orang tua siswa maupun siswa yang masuk lingkungan sekolah di gerbang sekolah. Tujuannya, minimal siswa dan orang tua yang mengantar siswa menjalin komunikasi. Budaya 3 S (Senyum, Sapa, Salam) harus kembali digalakkan agar tidak terjadi lagi kriminaliasi terhadap guru.
Dengan senyuman, sapaan, dan salaman, kita telah mengalirkan energi baru, energi perdamaian dan energi cinta kasih, serta saling memberikan rasa aman, rasa kepercayaan dan bentuk komunikasi yang paling sederhana dalam dunia pendidikan. Dimana orang tua telah mempercayakan pendidikan yang akan diterapkan guru di sekolah, terutama disiplin dan ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan diajarkan.
4. Mengetahui ketulusan siswa untuk belajar
Ketika orang tua ikut serta berperan menghantarkan anaknya sampai ke sekolah di hari pertama, ini pertanda bahwa orang tua mengetahui apa kebiasaan anaknya sebelum sampai ke sekolah, juga orang tua mengetahui apa yang dilakukan anak sebelum sampai ke sekolah. Sekarang ini banyak kita lihat anak-anak pagi-pagi saat di jalan berhenti, membeli rokok dan merokok saat perjalanan ke sekolah.
Ini sudah banyak kita jumpai, baik saat dibonceng dengan kendaraan roda dua, atau saat menghentikan angkot di pinggir jalan. Ini adalah suatu kebiasaan buruk yang sudah berjalan sepanjang tahun yang harus dihentikan. Pernah ketika guru berpapasan dengan anak muridnya yang merokok di pagi hari, siswanya malah pura-pura tidak melihat sang guru, setelah di sekolah baru sadar saat diterangkan kronologisnya, tetapi setelah perdebatan yang sengit, baru siswa menerima dan berjanji tidaka merokok lagi.
Yang paling parah, jawaban siswa sungguh diluar dugaan “Bapakku aja nga melarang aku merokok, kok bapak pulak yang sibuk marahin aku merokok?” begitulah kenyataan sikap dan karakter anak-anak sekarang. Oleh karena itu, sangat penting memang gerakan orang tua menghantarkan anak ke sekolah.
5. Mengalahkan rasa malu anak yang dicap “Anak Papi” dan “Anak Mami”
Tidak dapat dipungkiri, kemauan dan kemampuan belajar siswa sekarang dipegaruhi oleh pergaulan mereka baik di luar jam sekolah maupun saat dilingkungan sekolah. Pergaulan mereka yang sudah menjurus ke arah dewasa sebelum waktunya mengakibatkan mereka terkadang malu dan tidak mau diantar ke sekolah oleh orang tua mereka. Ego, rasa malu dicap anak rumahan, anak mami, anak papi, ngak anak gaul, lebih baik bersama atau dijemput teman, menjadikan mereka mencari-cari alasan agar tidak diantar oleh orang tua sampai di pintu gerbang sekolah.
6. Sebagai bentuk Kepedulian orang tua terhadap anak