Mohon tunggu...
Agustine Ranterapa
Agustine Ranterapa Mohon Tunggu... Guru - Guru

Aku seorang Guru SD. Tidak ada keajaiban dalam pekerjaanku. Aku tidak pernah berjalan diatas air dan aku juga tidak mampu membela lautan. Tetapi yang aku tahu, aku adalah seorang pemimpin pembelajaran yang mencintai anak-anak didikku. Karena menurutku seni tertinggi seorang guru adalah bagaimana ia menciptkan kegembiraan dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan". Alhamdulillaah ditakdirkan menjadi seorang guru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senja di Tanjung Ringgit Palopo

8 Juni 2024   12:11 Diperbarui: 8 Juni 2024   12:40 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokumentasi Pribadi

Di ujung dermaga, 

Seorang diri aku menanti

Senja menyapa, menjemput lara di hati.

Langit jingga membentang, lukisan alam yang selalu memukauku

Meski jiwa hampa, terbelenggu pilu yang tak kunjung mereda.

Langkahku gontai menapaki pasir putih

Angin laut membelai, membawa aroma asin nan menenangkan.

Suara ombak berdebur, irama alam yang menyapaku ramah

Menemani kesepian yang indah dibalut senja sore ini.

Di ufuk barat, mentari perlahan terbenam

Menyisakan rona jingga yang indah, namun menusuk kalbu.

Bayang-bayang masa lalu menghantui, luka yang tak kunjung sembuh

Menjebakku dalam belenggu kesedihan yang setia hadir.

Bersama bulir bening yang menggenang di pelupuk mataku

Menetes di atas pasir putih, menjadi satu dengan deburan ombak.

Rasa sakit menyesakkan dada, sesak yang tak tertahankan

Namun selalu bisa kulepaskan di tempat ini seperti sore ini.

Bersama bisikan angin yang menemani,

Membawa ketenangan di tengah lara  mendera.

Senja di Tanjung Ringgit, saksi bisu kesepianku...

Tempat pelarian dari riuh kepala yang tak kunjung reda.

Di sini, aku temukan damai

Di tengah gemerlap senja yang memesona.

Mungkin esok, luka ini akan mereda dan  sembuh

Dan aku tak lagi terjebak dalam kesepian yang kelam.

Senja di Tanjung Ringgit

Menjadi tempat peristirahatan

Menemani jiwa yang rapuh, mencari secercah harapan.

Di sini, aku belajar untuk bangkit,

Menatap masa depan dengan penuh keyakinan.

Terima kasih duhai Senja di Tanjung Ringgit

Entah sejak kapan...

Telah menjadi tempat pelarianku dan memberiku inspirasi.

Aku akan selalu mengingatmu sebagai momen terindah dalam hidupku.

Dan aku akan selalu kembali kesini 

Dalam segala rasa dan suasana hatiku

||Dalam Ruang Rindu||Edelweys dan Senja di Tanjung Ringgit Palopo||07 Juni 2024||

Foto Dokumentasi Pribadi
Foto Dokumentasi Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun