Di ujung dermaga,Â
Seorang diri aku menanti
Senja menyapa, menjemput lara di hati.
Langit jingga membentang, lukisan alam yang selalu memukauku
Meski jiwa hampa, terbelenggu pilu yang tak kunjung mereda.
Langkahku gontai menapaki pasir putih
Angin laut membelai, membawa aroma asin nan menenangkan.
Suara ombak berdebur, irama alam yang menyapaku ramah
Menemani kesepian yang indah dibalut senja sore ini.
Di ufuk barat, mentari perlahan terbenam
Menyisakan rona jingga yang indah, namun menusuk kalbu.
Bayang-bayang masa lalu menghantui, luka yang tak kunjung sembuh
Menjebakku dalam belenggu kesedihan yang setia hadir.
Bersama bulir bening yang menggenang di pelupuk mataku
Menetes di atas pasir putih, menjadi satu dengan deburan ombak.
Rasa sakit menyesakkan dada, sesak yang tak tertahankan
Namun selalu bisa kulepaskan di tempat ini seperti sore ini.
Bersama bisikan angin yang menemani,
Membawa ketenangan di tengah lara  mendera.
Senja di Tanjung Ringgit, saksi bisu kesepianku...
Tempat pelarian dari riuh kepala yang tak kunjung reda.
Di sini, aku temukan damai
Di tengah gemerlap senja yang memesona.
Mungkin esok, luka ini akan mereda dan  sembuh
Dan aku tak lagi terjebak dalam kesepian yang kelam.
Senja di Tanjung Ringgit
Menjadi tempat peristirahatan
Menemani jiwa yang rapuh, mencari secercah harapan.
Di sini, aku belajar untuk bangkit,
Menatap masa depan dengan penuh keyakinan.
Terima kasih duhai Senja di Tanjung Ringgit
Entah sejak kapan...
Telah menjadi tempat pelarianku dan memberiku inspirasi.
Aku akan selalu mengingatmu sebagai momen terindah dalam hidupku.
Dan aku akan selalu kembali kesiniÂ
Dalam segala rasa dan suasana hatiku
||Dalam Ruang Rindu||Edelweys dan Senja di Tanjung Ringgit Palopo||07 Juni 2024||
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI