Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gestok 1965: Operasi Militer Rahasia berdampak Malapetaka bagi Indonesia

27 September 2023   07:09 Diperbarui: 28 September 2023   06:06 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Soekarno bertemu Jenderal AH Nasution dan  Mayor Jenderal Soeharto di Istana Merdeka pada 1966. Sumber gambar: Kompas.com

 

Akhir Juli 1965 kondisi kesehatan Presiden Soekarno semakin memburuk. Pagi hari, Rabu 4 Agustus 1965--saat berada di Istana Tampaksiring, Bali--Presiden Soekarno mengalami pusing, muntah-muntah, dan pingsan. Dokter yang didatangkan dari China memvonis; kondisi terbaik adalah kelumpuhan dan kondisi terburuk adalah meninggal dunia.

 ---

Di kalangan elite politik Indonesia timbul keresahan: Apa yang akan terjadi jika Presiden Soekarno mangkat? Siapa yang menggantikan? 

Sejak Moh.Hatta mengundurkan diri  pada 1 Desember 1956, Presiden tidak didampingi wakil yang secara konstitusi bisa mengambil alih kendali pemerintahan jika presiden berhalangan.

Situasi politik Indonesia tampak sulit--dan memang sulit. Presiden Soekarno sudah didaulat sebagai presiden seumur hidup sesuai TAP MPRS Nomor III/MPRS/1963. 

Menjadi sangat tabu bicara regenerasi kepemimpinan selagi Presiden Soekarno masih ada. Mendung gelap menyelimuti Istana Merdeka. Dan sepertinya semakin suram dan tidak jelas.

Nasakom

Presiden Soekarno punya peran sentral sebagai penyeimbang kekuatan politik di Indonesia. Cara pandang Bung Karno yang menghimpun beragam idiologi sebagai sumber daya politik Indonesia tampak dari idiologi Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis). 

Di forum internasional Presiden Soekarno selalu membanggakan; Indonesia adalah laboratorium politik paling lengkap di dunia. Keberadaan idiologi tersebut membuat PKI merasa nyaman.

Sakitnya Bung Karno menjadi pemicu bersiapnya berbagai kelompok politik untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi kelompoknya--terutama PKI. 

Kehilangan Bung Karno, bagi PKI adalah kehilangan patron pengayom. Kondisi politik yang sebelumnya sudah panas semakin panas.

Kursi Presiden menjadi incaran banyak pihak. Siapa cepat ia selamat. Prinsip itu yang terlihat. Tidak bisa dipungkiri, rivalitas dan gesekan PKI dan Angkatan Darat yang paling terlihat dan semakin meruncing.

PKI menuding Angkatan Darat sebagai kontra revolusioner, karena selalu menjegal agenda politik PKI. 

Usulan pembentukan angkatan kelima dengan mempersenjatai 15 juta kaum buruh dan petani--berdalih sukarelawan Trikora dan Dwikora--ditolak keras TNI-AD. Angkatan Darat telah mencium manuver liar PKI.

Tidak tinggal diam, PKI juga melakukan serangan dengan menghembuskan adanya Dewan Jenderal yang diperkuat dengan adanya Dokumen Gilchrist; menurut PKI sebagai bukti hubungan erat antara CIA dan petinggi TNI AD. 

Isu TNI AD akan melakukan kudeta pada 5 Oktober 1965 santer berhembus di kalangan Istana Merdeka. Dan PKIlah yang konsisten menghembuskannya.

Gerakan 1 Oktober

Pada 1960-an politik luar negeri Indonesia lebih condong ke Blok Timur. Konfrontasi perebutan Irian Barat, konflik dengan Malaysia dan Inggris, keluarnya Indonesia dari PBB, benar-benar menjadikan Indonesia semakin mengisolasi diri dari Blok Barat.

Di satu sisi kondisi ekonomi Indonesia benar-benar babak belur. Biaya untuk perang, nasionalisasi perusahaan Belanda, dan hasrat mencetak uang berlebihan tanpa diseimbangkan dengan produksi barang menjadikan ekonomi Indonesia besar pasak daripada tiang. Pada 1965 inflasi tercatat 592%.

Posisi yang sulit dari pemerintah untuk mendapat kepercayaan rakyat. Pengangguran merajalela dan beras semakin langka. Rakyat lapar, bingung, dan marah. Situasi ideal untuk menggerakkan massa. PKI sepertinya tahu dengan kondisi yang bagi mereka dikatakan "revolusi telah matang".

Puncaknya, Gerakan 1 Oktober 1965. Pasukan yang dipimpin Kolonel Untung Sjamsuri--kader PKI--dari Resimen Cakrabirawa (Pasukan pengawal presiden) pada Jumat dini hari menculik dan membunuh 6 Jendral TNI AD dan satu perwira pertama.

Siaran RRI yang dikendalikan Gerakan 1 Oktober beralasan; tujuan gerakan tersebut adalah pembersihan di lingkup internal AD serta untuk melindungi keselamatan Presiden Soekarno dari kudeta yang PKI sebut Dewan Jenderal.

Kenapa PKI kuat?

Partai Komunis Indonesia menjadi Partai yang populer dan menjadi pemenang ke-4 saat Pemilu Pertama pada 1955. PKI berhasil meraih 6.179.914 suara atau 16,36% dan berhak atas 39 kursi di DPR.

Ini adalah torehan fenomenal. Sangat fenomenal. Pasalnya, pada 1948 PKI memberontak dengan memprakarsai berdirinya negara komunis Republik Indonesia Soviet, yang diproklamirkan di Madiun. 

Saat yang sama Republik Indonesia berjuang mati-matian menghadapi Agresi Belanda yang ingin menguasai Indonesia kembali. Petualangan PKI tidak bertahan lama, pasukan TNI berhasil menumpasnya tahun itu juga.

 

Berselang tujuh tahun kemudian, pada Pemilu 1955, PKI muncul sebagai partai besar yang punya pengaruh kuat. PKI diterima oleh masyarakat kembali dan menjadi pemain kunci di gelanggang politik Indonesia. 

Timbul sebuah tanya, mengapa PKI begitu cepat berkembang? Jawabannya ada dua: pertama kampanye PKI tentang Reforma Agraria ; kedua  PKI selalu mendukung program-program Bung Karno.

Pertama, pada awal-awal kemerdekaan Indonesia, kemiskinan dan kelangkaan pangan menjadi masalah besar bagi rakyat Indonesia. Pada 1955 hampir 85% rakyat Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Saat itu hampir  90% rakyat bekerja sebagai petani dan buruh. Di tengah keputusasaan rakyat, PKI mampu memberi harapan, sebuah imajinasi kemakmuran: pembagian gratis tanah!

Dari awal PKI selalu menghembuskan tentang pembagian lahan kepada para petani jika PKI menang pemilu. Walaupun apa yang dikampanyekan PKI hanyalah harapan kosong, dan PKI tahu reforma agraria tidak akan bisa terlaksana sesuai janji-janji PKI.

Tema kampanye PKI yang mengena, menjadikan PKI mendapat tempat di kalangan buruh dan petani. Kepemilikan lahan adalah hal mewah bagi rakyat Indonesia karena akses lahan sebelumnya dikuasai oleh Pemerintah Hindia Belanda dan segelintir pribumi yang punya kuasa. PKI seolah menjadi penghancur UU Agraria era kolonialisme.

Dengan disahkannya UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), menjadikan PKI punya bahan paling seksi untuk menggoreng tema kampanyenya: buruh dan petani harus punya lahan! Kampanye PKI menarik dan menimbulkan harapan besar pada buruh dan tani.

Kedua, PKI selalu berada di belakang kebijakan Bung Karno. PKI tahu dengan bergerak searah dengan Presiden Soekarno maka posisinya di panggung politik nasional akan lebih terlihat. 

 

Perebutan Irian Barat antara Pemerintah Indonesia dan Belanda, serta konfrontasi dengan Malaysia ditanggapi sigap oleh PKI. PKI dengan cepat membentuk sukarelawan dari unsur Pemuda Rakyat binaannya. 

PKI seolah mendahului peran militer dalam ikut menjaga kedaulatan negara. Kesan itu yang memang dibangun oleh PKI.

Maka saat 19 Desember 1961 di Alun-Alun Utara Kota Jogjakarta, Presiden Soekarno mengumandangkan Trikora, PKI menyambutnya dan seratus persen mendukung tindakan konfrontasi terbuka terhadap Belanda.

Manuver Bung Karno yang ingin memperkuat militernya untuk memukul Belanda mundur dari Papua Barat tidak pernah direspon baik oleh kelompok Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat.

Maka tidak ada cara lain selain mengalihkan pandangannya ke Timur, Blok Komunis. Poros Jakarta-Peking-Pyongyang-Moskow yang dibentuk adalah bukti nyata Indonesia sudah jengkel dengan Blok Barat. 

Kedatangan Presiden Soekarno ke Moskow pada tahun 1956 dan disambut secara besar-besaran oleh Perdana Menteri Nikita Kruschev menjadi isyarat nyata bergabungnya Indonesia ke Blok Kiri.

Uni Sovyet melihat Indonesia bisa dijadikan sebagai bagian dari Komunis Internasional. Saat itu anggota PKI mencapai 3 juta lebih. Jumlah tersebut adalah terbesar ketiga setelah RRT dan Uni Sovyet sendiri.

Kedekatan Soekarno dengan petinggi PKI adalah hal wajar saat itu, saat Indonesia membutuhkan segala sumberdaya yang ada untuk mendukung pengembalian Irian Barat sekaligus sebagai komitmen dukungan politik dan militer Moskow terhadap Jakarta.

Dalang Gerakan 1 Oktober

Peristiwa yang terjadi pada Jumat 1 Oktober 1965 memunculkan tanda tanya besar: Siapa yang memberikan perintah Resimen Cakrabirawa untuk menculik dan membunuh Petinggi Angkatan Darat?

Dipa Nusantara Aidit dan Sjam Kamaruzzaman orang yang ada di balik kudeta terbatas pada 1 Oktober 1965. Aidit dan Sjam membuat saluran rahasia yang tidak semua anggota PKI tahu. Biro Khusus PKI yang diketuai Sjam menjadi otak perintah Pasukan Cakrabirawa bergerak.

Aidit dan Sjam sudah membuat skenario jika gerakan tersebut gagal. Yaitu dengan misteriusnya organisasi rahasia ini. Maka saat interograsi terhadap anggota PKI jawabannya tidak sampai pada sumber yang merencanakan. Hanya berputar-putar pada tindakan di lapangan.

Apa yang dilakukan Sjam lewat Biro Khusus PKI adalah gegabah dan kekanak-kanakan. PKI sebenarnya hanya menunggu waktu Pemilu untuk meraih kemenangan. Namun dengan kalkulasi tidak jelasnya pemilu memunculkan ide liar: pengambilan kekuasaan dilakukan dengan cara kudeta terbatas.

Kalau melihat riwayatnya apa yang dilakukan PKI seolah sejenis dengan tahun 1926, 1948. Sama-sama gegabah dan reaksioner di dalam aksi-aksinya. Dua peristiwa tersebut memberi gambaran jelas bahwa PKI pemain utama dari peristiwa 1 Oktober 1965.

Adapun momen itu lalu menjadi liar dan banyak menarik berbagai kepentingan untuk terlibat memanfaatkan keruhnya situasi. Amerika jelas berkepentingan untuk terlibat melihat Agresifnya Presiden Soekarno melawan Amerika, dan lawan-lawan komunis pastinya tidak akan tinggal diam. PKI telah terpeleset, dan menjadi kesempatan kelompok lainnya untuk menggebuknya.

Komunis akan muncul jika masyarakat dalam kondisi lapar dan miskin. Komunis mampu membangun sebuah imajinasi tatanan kemakmuran dengan membangun pemahaman utopia masyarakat tanpa kelas yang di dalamnya berisi keadilan sosial dengan kelimpahan pangan.

Komunis adalah ide usang. Banyak negara yang bangkrut saat mempraktikkannya. China bisa makmur karena membuang Komunisme dalam ekonominya, dan tanpa sungkan mengadopsi ekonominya liberal. Hanya pemerintahan yang masih bercorak komunis. 

Banyak negara komunis berakhir dengan pemerataan kemiskinan, bukan pemerataan kemakmuran. Cara terbaik memerangi komunis bukan dengan senjata; cukup dengan memberi kemakmuran dan keadilan kepada masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun