Peristiwa yang terjadi pada Jumat 1 Oktober 1965 memunculkan tanda tanya besar: Siapa yang memberikan perintah Resimen Cakrabirawa untuk menculik dan membunuh Petinggi Angkatan Darat?
Dipa Nusantara Aidit dan Sjam Kamaruzzaman orang yang ada di balik kudeta terbatas pada 1 Oktober 1965. Aidit dan Sjam membuat saluran rahasia yang tidak semua anggota PKI tahu. Biro Khusus PKI yang diketuai Sjam menjadi otak perintah Pasukan Cakrabirawa bergerak.
Aidit dan Sjam sudah membuat skenario jika gerakan tersebut gagal. Yaitu dengan misteriusnya organisasi rahasia ini. Maka saat interograsi terhadap anggota PKI jawabannya tidak sampai pada sumber yang merencanakan. Hanya berputar-putar pada tindakan di lapangan.
Apa yang dilakukan Sjam lewat Biro Khusus PKI adalah gegabah dan kekanak-kanakan. PKI sebenarnya hanya menunggu waktu Pemilu untuk meraih kemenangan. Namun dengan kalkulasi tidak jelasnya pemilu memunculkan ide liar: pengambilan kekuasaan dilakukan dengan cara kudeta terbatas.
Kalau melihat riwayatnya apa yang dilakukan PKI seolah sejenis dengan tahun 1926, 1948. Sama-sama gegabah dan reaksioner di dalam aksi-aksinya. Dua peristiwa tersebut memberi gambaran jelas bahwa PKI pemain utama dari peristiwa 1 Oktober 1965.
Adapun momen itu lalu menjadi liar dan banyak menarik berbagai kepentingan untuk terlibat memanfaatkan keruhnya situasi. Amerika jelas berkepentingan untuk terlibat melihat Agresifnya Presiden Soekarno melawan Amerika, dan lawan-lawan komunis pastinya tidak akan tinggal diam. PKI telah terpeleset, dan menjadi kesempatan kelompok lainnya untuk menggebuknya.
Komunis akan muncul jika masyarakat dalam kondisi lapar dan miskin. Komunis mampu membangun sebuah imajinasi tatanan kemakmuran dengan membangun pemahaman utopia masyarakat tanpa kelas yang di dalamnya berisi keadilan sosial dengan kelimpahan pangan.
Komunis adalah ide usang. Banyak negara yang bangkrut saat mempraktikkannya. China bisa makmur karena membuang Komunisme dalam ekonominya, dan tanpa sungkan mengadopsi ekonominya liberal. Hanya pemerintahan yang masih bercorak komunis.Â
Banyak negara komunis berakhir dengan pemerataan kemiskinan, bukan pemerataan kemakmuran. Cara terbaik memerangi komunis bukan dengan senjata; cukup dengan memberi kemakmuran dan keadilan kepada masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H