1) Local Currency Transaction (LCT)
Ketergantungan negara ASEAN terhadap dolar Amerika dalam transaksi keuangan, menimbulkan kerentanan terhadap daya tahan ekonomi. Nilai dolar yang fluktuatif berdampak menggoyahkan daya tahan ekonomi negara ASEAN.
Krisis pada 1998 yang meluluhlantakkan ekonomi ASEAN yang berbuntut pada krisis multidimensi menjadi pengingat betapa rapuhnya penggunaan dolar. Dolar ibarat candu, melenakan dan berbahaya.
Atas dasar itu, Indonesia melalui Bank Indonesia bekerja sama dengan Bank Sentral negara ASEAN, mendorong terwujudnya mekanisme pembayaran dengan menggunakan pemakaian mata uang lokal masing-masing negara.
Indonesia sudah melakukannya dengan empat negara: China, Malaysia, Thailand dan Jepang. Hasilnya cukup bagus. Bank Indonesia mencatat transaksi menggunakan skema LCT dengan Jepang dan China masing-masing hampir mencapai US$2 miliar. Dengan Malaysia 4% dari total perdagangan, dengan  Thailand 3% dari total perdagangan.
Pada pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN (AFMGM) yang disponsori oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia pada Jumat 31 Maret 2023, di Nusa Dua Bali disepakati kerjasama transaksi lintas batas (Cross Border Transaction) dengan menggunakan mata uang lokal.
Saat KTT ASEAN di Labuan Bajo pada 11 Mei, Presiden Jokowi juga menekankan betapa pentingnya penerapan LCT; "Implementasi transaksi mata uang lokal dan konektivitas pembayaran digital antarnegara sepakat untuk diperkuat, ini sejalan tujuan sentral lintas ASEAN agar ASEAN semakin kuat dan semakin mandiri," demikian ditegaskan Presiden RI Joko Widodo.
2) Regional Payment Connectivity (RPC)
Sistem Pembayaran Terintegrasi menjadi sangat penting untuk mengikat dan memperdalam integrasi ekonomi ASEAN. Pada 2019, Bank Indonesia meluncurkan QRIS (Quick Response Code Indonesia Standart) dan diimplementasikan pada 1 Januari 2020, di tengah berkecamuknya wabah Covid-19.
QRIS adalah upaya nyata yang dilakukan Indonesia di tengah era digitalisasi untuk mempermudah transaksi pembayaran supaya lebih sederhana, praktis dan juga transparan. QRIS dinilai sukses diterapkan di Indonesia.
Menurut laman resmi QRIS, ada 416 kabupaten, 98 kota, dan 237.777 merchants yang telah menggunakan QRIS. Dengan data itulah, layak jika penggunaan QRIS diperluas jangkauan dan kemanfaatannya.