Baginya ini sudah semacam takdir. Dia membaca on the origin of species karya Darwin. Yang kuat akan lestari yang lemah akan punah. Secara serampangan Hitler mengambil ide Darwin tentang perjuangan species tersebut. Tanpa dikunyah. Pokoknya langsung telan.Â
Baginya orang lapar tidak usah berpikir tentang makanan yang sudah tersaji. Makan saja. Sesederhana itu. Itulah pokok dasar ras unggul ciptaan Hitler.
Hitler membenci Demokrasi, Komunisme dan juga Sosialisme. Apa pun yang ingin di benci Hitler maka dia membencinya. Tidak perlu alasan untuk sebuah kebencian. Begitulah Hitler berpikir.
Pada 1929, ekonomi Jerman babak belur. Depresi ekonomi memberi kesempatan Hitler untuk berulah. Toko-toko, pabrik banyak gulung tikar. Banyak orang stres tidak ada pekerjaan dan uang. Dan tidak ada makanan.Â
Situasi sempurna untuk tumbuh kembangnya revolusi sosial. Itu kesempatan manis untuk Hitler. Dia jago provokasi.
Dia mulai berpidato. Dengan esensi omong kosong. Pidato-pidatonya yang penuh amarah dan menyalahkan pemerintah disepakati banyak orang yang sama-sam kecewa. Tidak perlu alasan logis untuk sebuah kekecewaan.
Hitler benar-benar membangkitkan amarah dan juga harapan orang Jerman. Lambat laun popularitas Hitler dengan Nazinya melesat. Pada 1932, Nazi menjadi partai terbesar di Jerman dan layak memerintah. Pada 1933 Hitler ditunjuk menjadi kanselir.
Mulailah Hitler menampilkan sisi gilanya. Dia hanya menginginkan kepemimpinan diktator. Orang yang mendukung demokrasi dihabisi.Â
Tidak hanya itu, orang komunis, Yahudi dan orang-orang yang tidak disukai Hitler pelan namun basti dibasmi. Seperti belalang yang disemprot insektisida. Mein kamp menjadi kitab operasional bertindak Hitler dan NAZInya.
Teror dan kengerian mewarnai kehidupan di Jerman. Anehnya banyak orang Jerman rupanya puas dengan Hitler. Mereka tidak peduli walau nantinya kehilangan kebebasan.Â
Di bawah Hitler, pengangguran berakhir. Semua orang mendapat pekerjaan. Bagi mereka di era Hitler mereka tak mendapat kebebasan dari kelaparan. Itu intinya.