Sabtu, 20 April 1889 di Austria lahir seorang bayi mungil. Ayahnya bekas pegawai bea cukai--laki-laki keras gampang marah--menamai anak tersebut Adolf Hitler. Ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Wanita lembut yang menyayangi anak-anaknya.
 Sebelas tahun kemudian bayi tersebut ditinggal oleh orangtuanya. Dia yatim piatu beserta lima saudara lainnya.Â
 Pada umur 16 tahun, anak muda biasa saja ini mengembara di Wina. Dia bercita-cita mewujudkan mimpinya: menjadi pelukis. Namun sayang, saat tes gambar untuk masuk Akademi Seni Murni Wina hasilnya kurang memuaskan. Dia ditolak.Â
----
Harapan untuk menjadi seniman seolah tertutup. Namun dia tetap berada di Wina selama lima tahun.
Untuk menyambung hidup dia tidur di penginapan umum. Bekerja serabutan: mengangkut koper di stasiun kereta, menyekop salju dan membuat poster iklan.
Terkadang dia melukis untuk kartu pos, walau hasilnya tidak istimewa. Biasa saja.
Dia sering keluyuran dengan jas hitam usang hasil pemberian seorang Yahudi Hongaria bernama Neumann. Hitler pada dasarnya pemalas. Pemuda aneh yang gampang marah. Garis besarnya dia labil. Bisa jadi kebiasaan ayahnya yang gampang emosi mempengaruhi sifatnya.
Dibalik segala keanehan tentangnya, dia pembaca yang baik. Penikmat buku. Perpustakaan umum menjadi tempat yang paling sering dia kunjungi. Dirinya betah berjam-jam menekuni bacaan. Hitler sedang berproses menjadi Hitler.
Dia membaca banyak hal. Dia tahu banyak hal. Dia pada akhirnya melihat dunia dengan sudut pandang lain: Superioritas Ras Manusia. Dia mengagumi itu. Dengan memupuk kebencian ras lainnya. Setidaknya untuk disalahkan.
Lahirnya Nazi
Pada 1913 dia pindah ke Jerman, Muenchen. Satu tahun kemudian pecah Perang Dunia I. Dia masuk menjadi tentara Jerman. Bukan Austria. Dirinya seolah menikmati perang. Ada gairah tentang perang.
Dalam ketentaraan dia bertugas sebagai penyampai pesan. Tugasnya lari ke sana-ke mari untuk menyampaikan pesan. Dan dia menikmati itu.Â
Pernah dia buta sementara akibat gas, saat menjalankan tugas. Karena keberaniannya dirinya mendapat lencana Salib Besi. Lagi-lagi perwira Yahudi yang merekomendasikan perolehan lencana tersebut.