Bagi siapa pun yang membawa senjata akan ditembak mati.
Sebagai pemenang Perang Dunia II, Inggris sangat jumawa dan arogan. Namun, tidak terukur. Lebih tepatnya melakukan tindakan bodoh. Inggris harus membayar. Mendapat kesulitan yang tidak pernah terbayangkan sesudahnya.
Provokasi Inggris membuat emosi rakyat yang selama ini tertahan meledak. Benar-benar meledak. Inggris juga terang-terangan melepaskan orang Belanda. Posisi tentara Inggris pada saat itu berpencar karena mengadakan patroli di penjuru kota.
Kondisi tersebut tidak terlalu menguntungkan. Kelompok-kelompok kecil tentara Inggris lebih mudah disergap--lebih tepatnya dibantai diberbagai tempat.
Rakyat menyerbu di mana pun dan kapan pun ada tentara Inggris. Korban dari tentara Inggris berjatuhan. Pertempuran yang keji, ganas dan brutal. Betapa mengerikannya situasi di Surabaya saat itu bisa digambarkan dari pengamatan Bung Karno,
 "Di setiap penjuru jalan terjadi perkelahian berdarah satu lawan satu. Mayat bergelimpangan di mana-mana. Mayat tanpa kepala atau anggota tubuhnya tidak lengkap, berserakan satu di atas yang lain. Mayat-mayat hanya ditumpuk di jalan-jalan. Orang-orang Indonesia menembak dan menikam dan membunuh dengan ganas. Setiap orang bertempur".
Inggris benar-benar terkejut dan tidak menyangka mendapat reaksi rakyat Surabaya semacam itu. Inggris tidak siap. Data inteligen tidak pernah memberikan gambaran sebrutal itu masyarakat Surabaya. Mereka tersudut di pelabuhan dan mengibarkan bendera putih.
Jika dibiarkan sehari saja tanpa ada upaya gencatan senjata, bisa dipastikan 6000 tentara Inggris bisa habis dibabat oleh kemarahan rakyat. Inggris tidak mau itu terjadi, maka panggilan telepon dini hari, Minggu 28 Oktober menjadi solusi meredakan kemarahan rakyat. Walau mempermalukan Inggris sendiri. Seolah dengan bahasa yang lebih mudah: Inggris kalah.
Pada 28 Oktober, Presiden Soekarno, Mohammad Hatta dan Mr.Sjarifuddin menemui rakyat Surabaya untuk menghentikan pertempuran. Situasi sementara terkendali.
Perang Besar Terjadi
Selasa 30 Oktober 1945. Dua hari setelah kedatangan Bung Karno dan kesepakatan gencatan senjata, terjadi Insiden di depan Gedung Internatio yang menewaskan Brigadir Jenderal AWS. Mallaby.
Inggris sebagai Pemenang Perang Dunia II merasa dilecehkan oleh negara yang baru dua bulan berdiri. Saat Perang Dunia II, Inggris tidak pernah kehilangan Jenderalnya. Namun di Surabaya ceritanya lain. Jenderalnya Meninggal.