Tujuan puasa ramadan salah satunya adalah mempererat hubungan antar manusia lainnya. Apa pun sukunya, kelompoknya atau pun negaranya setiap manusia akan mengalami lapar. Ini berlaku universal. Dengan memahami ini, sejatinya perbedaan yang ada hanya tampak luar saja. Manusia semua sama.Â
Dengan kesadaran inilah akan muncul rasa saling hormat menghormati dan hidup dalam perbedaan. Ekosistem sosial budaya adalah sebuah jaringan. Satu sama lain saling membutuhkan. Apa yang ada di rumah kita adalah produk dari ribuan orang yang tidak kita kenal.Â
Ada barang impor dari negara di belahan dunia yang sangat jauh. Tak ada alasan kita membenci perbedaan karena perbedaan adalah rahmat yang menciptakan keterisian dari kekosongan yang tidak bisa diisi oleh satu kelompok saja.
Kesimpulan
Satu bulan berpuasa ibarat persiapan untuk melangkah ke 11 bulan berikutnya. Manusia tempat salah dan khilaf. Maka cara terbaik adalah dengan selalu mengingatkan, dan selalu berlatih untuk mawas diri. Jika tidak diingatkan akan semakin jauh penyimpangannya. Itulah esensi puasa.
Menjadi muslim bukan alasan untuk mengerdilkan yang lain. Menjadi muslim adalah anugerah yang harus disyukuri sebagai jalan untuk berlomba-lomba ke arah yang baik. Perbedaan itu anugerah, hal alamiah yang ada di dunia.Â
Allah menciptakan manusia bersuku-suku. Satu hal yang harus direnungi bahwa Tuhan sudah menciptakan perbedaan dan tugas kita merawat perbedaan itu sebagai energi.
Bukan alasan untuk saling memerangi. Berbedaan yang bertanggung jawab, saling sokong satu sama lain akan menciptakan keharmonisan dalam hidup.
Menjadi muslim yang baik adalah syiar tanpa kata--tanpa suara. Dibutuhkan keteladanan untuk bisa dinilai apakah kita ini bermanfaat untuk sesama.Â
Untuk itu selama puasa ramadan ini, kita harus memberikan yang terbaik sebagai wujud amalan kita: kepada Allah, kepada manusia dan kepada alam semesta.
Karena setiap muslim bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan. Islam adalah rahmatan lilalamin: rahmat bagi sekalian alam.Â