Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Boneka Arwah: Dari Makanan Manis hingga Kepercayaan Animis

7 Januari 2022   14:17 Diperbarui: 8 Januari 2022   11:06 1577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah spirit doll mampu menimbulkan gejala kesintingan pada manusia sehingga mengganggu ketenteraman masyarakat? Yang punya kapasitas ilmiah untuk menjawab adalah psikolog dan juga pemerintah. Menarik dicermati adalah proses perputaran uang, harganya dari jutaan hingga ratusan juta rupiah: Fantastis di masa pandemi.

Objek animisme berupa bayi, bisa jadi ada kaitannya dengan kesendirian selama ribuan tahun. Lima puluh ribu tahun lalu jumlah manusia hanya ratusan ribu. Menyebar di seluruh planet bumi. Betapa sepinya pada waktu itu. Hidup sangat keras, untuk bertahan hidup harus berburu, selain itu dirinya juga diburu predator lainnya.

Manusia hidup secara berkelompok. Dalam perjalanannya, mereka akan kehilangan anggota kelompok. Satu persatu. Karena dimangsa macan, dibelit phyton, dipatuk kobra atau jatuh dari pohon. Perjuangan yang sangat berat, dan penuh drama emosional.

Saat mereka mengembangkan kebudayaan awal, yang paling mungkin adalah memperlakukan benda abiotik selayaknya biotik. Sebagai bentuk mengenang anggota kelompok yang hilang. yang disimbolkan dalam wujud batu atau dalam perkembangan lebih lanjut boneka. Bentuk emosi dasar yang dimiliki primata tingkat lanjut: Romantisme.

Sebuah fenomena akan melahirkan beragam sudut pandang. Tergantung cara melihatnya. Ada banyak kebiasaan, di satu negara dianggap legal, namun di negara lain dianggap ilegal. Memakai celana jins di Indonesia tidak masalah. Akan menjadi masalah kalau dipakai di Korea Utara. Dasarnya adalah ketentram sosial. Beda idiologi. sebagaimana peribahasa Lain ladang lain ilalang. Kebudayaan punya komunitasnya masing-masing dan tidak bisa diperlakukan sama di semua komunitas.

Dan untuk Spirit Doll, ada satu yang sensitif: Jiwa! Objek itu menimbulkan banyak perdebatan, lebih tepatnya ketidaknyamanan. Ada pemposisian boneka tersebut seolah sebagai adikodrati yang mampu memberi peruntungan pada pemiliknya.

Hal itulah yang sensitif, berbenturan dengan nilai spiritual sebagian masyarakat yang ada di Indonesia. Seandainya saja mereka memproklamirkan diri sebagai "pecinta boneka seram," "komunitas gila boneka," Pasti tidak akan menimbulkan kegaduhan.

Jika fenomena boneka arwah memunculkan kegaduhan sosial dan bisa mengganggu ketertiban masyarakat, sebaiknya pemerintah mengambil langkah yang diperlukan. Namun kalau hanya sekedar seru-seruan, cukup diawasi agar tidak keluar dari pagar. Toh 'ntar juga layu sendiri seiring kebosanan.

Tahun-tahun yang penuh ketidakpastian terkadang memunculkan banyak hal unik dan menarik: bisa juga munculnya bibit keanehan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun