Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Boneka Arwah: Dari Makanan Manis hingga Kepercayaan Animis

7 Januari 2022   14:17 Diperbarui: 8 Januari 2022   11:06 1577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Meksiko ada pulau yang disebut Island of the Dolls karena dihuni boneka. Sumber: Shutterstock/CassielMx via Kompas.com

Banyak orang mengadopsi  spirit doll, fenomena ini tidak lepas dari sejarah masa lalu yang tertanam di DNA Homo Sapiens

-----

Mengapa sebagian besar manusia menyukai makanan manis? Menurut Yuval Noah Harari--sejarawan Israel--di bukunya yang berjudul Sapiens, hal itu ada kaitannya kebiasaan leluhur Homo sapiens  pada masa lalu.

Tiga puluh ribu tahun yang lalu atau jauh merentang ke belakang, akses makanan manis hanya didapat dari buah-buahan. Saat menemukan buah matang, manusia zaman dulu bereaksi dengan sigap dan cepat: segera sikat! Sebelum keduluan disantap kera dan kalong.

Ribuan tahun terus begitu, berulang-ulang. Informasi kegentingan akan makanan manis akhirnya mengendap dan menjadi algoritma DNA--sebagai software, yang mengendalikan alam bawah sadar manusia.

Pada saat ini, manusia sudah keluar dari semak belukar; gua gelap yang pengap, padang sabana, atau hutan hujan tropis yang lebat dan lembab.

Namun, tidak untuk DNA manusia. Algoritma DNA Homo Sapiens  masih sama--menganggap saat ini manusia, masih mukim di belantara atau sabana. Maka, banyak kejadian, manusia makan es krim satu mangkok, lalu mengguyurnya dengan minuman manis bersoda: Tanda DNA manusia masih primitif--rakus manis.

Animisme

Zaman dulu--nenek moyang manusia--beradaptasi dan menyeimbangkan posisinya dengan alam sekitar, dengan cara mengembangkan budaya Animisme dan Dinamisme. Animisme menganggap apa pun yang ada di sekitar manusia punya roh.

Roh itu bisa dari orang yang sudah meninggal. Ataupun roh yang memang sudah ada sebelumnya. Roh ini diangap punya emosi sama seperti manusia pada umumnya. Bisa senang dan bisa juga marah.

Misal saat ada petir menggelegar, yang menimbulkan ketakutan, nenek moyang meresponnya dengan melakukan persembahan untuk menyenangkan arwah yang dianggap marah. Segala fenomena alam tidak terlepas dari peran serta roh.

Sejalan dengan era animisme, berkembang pula kepercayaan Dinamisme, yang meyakini bahwa benda punya kekuatan gaib.

Saat mereka berburu atau berebut sumberdaya dengan kelompok lain, ada kemungkinan mengalami cidera, bahkan terbunuh: Diseruduk byson, diinjak gajah atau diterkam harimau. Bisa juga kena tombak kelompok lain. Kematian selalu mengintai setiap waktu. Untuk memperoleh keselamatan, mereka membawa benda-benda yang dipercaya punya peran melindungi. 

Kepercayaan manusia terhadap benda semacam itu, saat ini pun tidak hilang. Kita menyebutnya jimat. Misal batu akik, kayu, keris, taring hewan buas, dan banyak lagi. Bisa jadi bollpoint favorit yang terselip di saku baju eksekutif muda saat ini, berfungsi juga sebagai jimat. Merasa kurang percaya diri, saat saku baju tidak diselipi bollpoint.

Boneka Roh

Nah, saat ini media massa dihebohkan ramainya artis yang memelihara boneka arwah (spirit doll) --yang  diperlakukan layaknya makhluk hidup. Dikasih makan, diajak ngomong, didandani sebagaimana kebutuhan makhluk organik.

Sebenarnya fenomena ini sama dengan kegemaran manusia mengonsumsi makanan manis. Yang satu untuk jasmani, sedangkan satunya lebih ke rohani (kejiwaan). Algoritma DNA masa lalu muncul kembali. Bedanya, kalau mengonsumsi makanan manis tidak ada sanksi sosial. Masyarakat menoleransi dan memaklumi. Dan hadiahnya ditanggung sendiri--obesitas.

Beda dengan spirit doll, ada pro dan kontra. Karena ada muatan yang tidak dimaklumi banyak orang: bermain-main dengan Jiwa--entitas sakral di banyak kepercayaan spiritual.

Kaitannya dengan boneka arwah; fenomena itu sebenarnya sisa dari animisme yang masih bertahan di DNA Homo sapiens. Menganggap benda mati  punya roh; bisa marah, senang, dan membutuhkan perlakuan persis sebagaimana manusia. DNA purba itu tertahan, ditekan untuk mengendap. Dihilangkan namun tidak bisa hilang. Bisanya hanya teralihkan.

Manusia memuja benda untuk menutupi dahaga Animisme itu. Misal; kecintaan yang kuat terhadap benda elektronik; HP, mobil sport dan motor sport. Sebuah tindakan menekan dan menyamarkan serta menyalurkan dahaga DNA Animisne--selama ribuan tahun menjadi bagian sejarah Homo sapiens. 

Bahkan di masyarakat Komunis pun yang notabene merasa alergi dengan spiritualitas  mengalihkannya dengan membangun patung pemimpinnya: sebagai bagian dari ritus non agama mereka. Namun satu hal yang sama: Pemujaan. Patung pemimpin Korea Utara yang megah adalah Animisme dengan bungkus Komunisme.

Artinya hampir semua yang manusia lakukan; entah memperlakukan HP selayaknya jimat atau memperlakukan mobil impian selayaknya benda hidup. Itu semua sebagai indikasi, manusia belum keluar dari pengaruh algoritma DNA animisme dan dinamisme.

Menyikapi Boneka Arwah

Apakah spirit doll mampu menimbulkan gejala kesintingan pada manusia sehingga mengganggu ketenteraman masyarakat? Yang punya kapasitas ilmiah untuk menjawab adalah psikolog dan juga pemerintah. Menarik dicermati adalah proses perputaran uang, harganya dari jutaan hingga ratusan juta rupiah: Fantastis di masa pandemi.

Objek animisme berupa bayi, bisa jadi ada kaitannya dengan kesendirian selama ribuan tahun. Lima puluh ribu tahun lalu jumlah manusia hanya ratusan ribu. Menyebar di seluruh planet bumi. Betapa sepinya pada waktu itu. Hidup sangat keras, untuk bertahan hidup harus berburu, selain itu dirinya juga diburu predator lainnya.

Manusia hidup secara berkelompok. Dalam perjalanannya, mereka akan kehilangan anggota kelompok. Satu persatu. Karena dimangsa macan, dibelit phyton, dipatuk kobra atau jatuh dari pohon. Perjuangan yang sangat berat, dan penuh drama emosional.

Saat mereka mengembangkan kebudayaan awal, yang paling mungkin adalah memperlakukan benda abiotik selayaknya biotik. Sebagai bentuk mengenang anggota kelompok yang hilang. yang disimbolkan dalam wujud batu atau dalam perkembangan lebih lanjut boneka. Bentuk emosi dasar yang dimiliki primata tingkat lanjut: Romantisme.

Sebuah fenomena akan melahirkan beragam sudut pandang. Tergantung cara melihatnya. Ada banyak kebiasaan, di satu negara dianggap legal, namun di negara lain dianggap ilegal. Memakai celana jins di Indonesia tidak masalah. Akan menjadi masalah kalau dipakai di Korea Utara. Dasarnya adalah ketentram sosial. Beda idiologi. sebagaimana peribahasa Lain ladang lain ilalang. Kebudayaan punya komunitasnya masing-masing dan tidak bisa diperlakukan sama di semua komunitas.

Dan untuk Spirit Doll, ada satu yang sensitif: Jiwa! Objek itu menimbulkan banyak perdebatan, lebih tepatnya ketidaknyamanan. Ada pemposisian boneka tersebut seolah sebagai adikodrati yang mampu memberi peruntungan pada pemiliknya.

Hal itulah yang sensitif, berbenturan dengan nilai spiritual sebagian masyarakat yang ada di Indonesia. Seandainya saja mereka memproklamirkan diri sebagai "pecinta boneka seram," "komunitas gila boneka," Pasti tidak akan menimbulkan kegaduhan.

Jika fenomena boneka arwah memunculkan kegaduhan sosial dan bisa mengganggu ketertiban masyarakat, sebaiknya pemerintah mengambil langkah yang diperlukan. Namun kalau hanya sekedar seru-seruan, cukup diawasi agar tidak keluar dari pagar. Toh 'ntar juga layu sendiri seiring kebosanan.

Tahun-tahun yang penuh ketidakpastian terkadang memunculkan banyak hal unik dan menarik: bisa juga munculnya bibit keanehan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun