Indonesia sangat mengkhawatirkan LTS sebagai panggung adu senjata dan adu pengaruh kekuatan raksasa di dunia. Sedangkan pemain lapangannya adalah negara Asia Tenggara yang terpecah belah.
Efek Domino Nuklir
Australia sudah terpapar Nuklir. Bagaimana Indonesia menyikapinya? Meskipun Australia meredakan kepanikan negara Asia Tenggara dengan memberikan klarifikasi
"Australia tidak sedang dan tidak akan mencari senjata semacam itu [Nuklir]. Kami juga tidak berusaha membangun kemampuan nuklir sipil" Tutur Will Nankervis, Duber Australia untuk ASEAN. Dikutip CNN Indonesia, Selasa,(21/9/2021).
Australia beralasan mesin kapalnya saja yang bertenaga Nuklir. Sedangkan persenjataan tidak dilengkapi dengan senjata Nuklir. Jelas ini pernyataan yang boleh dibilang cacat logika.
Lalu apakah dengan itu China takut? Kapal selam adalah senjata strategis. Maka harus ada penggentarnya. Dan itu senjata yang digotong, bukan dapur pacu mesinnya.
Sudah sejak lama Indonesia juga menginginkan Nuklir. Australialah yang seharusnya bertanggung jawab jika sampai Indonesia, secara sepihak, tanpa permisi berniat menguatkan taringnya sebagai negara besar di belahan Bumi Selatan.
Sejarah bisa dijadikan rujukan. Hubungan militer dan politik dua negara ini panas dingin. Indonesia-Australia secara diam-diam berebut pengaruh sebagai kekuatan politik dan militer di belahan bumi selatan.
Munculnya AUKUS bikin gerah RI. Tidak bisa dipungkiri, pastinya buku putih pertahanan Indonesia akan dirombak. Bisa jadi akan terselip "penguasaan nuklir untuk menangkal bahaya dari selatan".
Jika Indonesia mempersenjatai dengan nuklir, pastinya Singapura akan melakukan hal yang sama. Disusul Malaysia dan Vietnam serta Thailand. Hancur lebur sudah Zopfan (Zone of peace, freedom, and Neutrality) yang sudah dipertahankan puluhan tahun negara-negara di Asia Tenggara. Kunci pokoknya ada di tangan Indonesia. Merespon nuklir dengan nuklir atau merespon nuklir dengan Bom Panci (baca: konvensional)
Timbul pertanyaan dari mana nuklirnya? Banyak cara menuju Roma. Banyak pula cara untuk mendapatkan nuklir. Jika Indonesia merapat ke China tidaklah susah untuk mendapatkan transfer teknologi nuklir dari negeri Tirai Bambu tersebut.
Masih ada alternatif lain. Iran, pastinya dengan senang hati memberikan banyak kemudahan transfer nuklirnya. Bisa juga melirik Pakistan. Untuk mendapat ilmu dari Negara Barat pastinya tidak mungkin. Celah itu sudah ditutup untuk Indonesia yang dikategorikan bukan negara sekutu. Outgroup, bukan bagian dari mereka.