Namun, menjaga pikiran agar tidak terinfeksi juga perkara yang harus didahulukan. Pikiran adalah panglima tubuh kita. Kalau badan sakit, pikiran tidak perlu sakit.
Menjaga Pikiran Agar Tetap Waras
Pikiran sejatinya adalah software, perangkat lunak yang menjadi stimulus tubuh bereaksi. Artinya pikiran sangat penting kaitannya dengan respon tubuh.Â
Jika kita perhatikan saat kita panik, terkadang reaksi kita tidak terkontrol. Menyiram api dengan bensin untuk memadamkan kebakaran, atau menginjak gas untuk mengerem, melompat dari gedung tinggi saat ada ada gempa.
Ilustrasi di atas adalah nyata dan sering terjadi pada manusia, termasuk diri kita ini.
Pikiran adalah produk hasil menanggapi rangsangan. Misal, kalau kita mendapat informasi Indonesia menjadi juara di sebuah kompetisi, hati kita ikutan senang dan gembira. Namun, berita yang menginformasikan kematian akibat virus, satu sisi menambah kewaspadaan.Â
Sisi lainnya, bisa jadi kita terbebani setiap harinya, lebih lunglai, tidak bersemangat dan seolah kematian sudah di depan mata. Etos kerja kita lumpuh karena pikiran terinveksi dan terpapar berita virus.
Maka yang harus kita lakukan adalah menyeimbangkan infomasi. Kita sudah tahu ada virus ini, di mana-mana, di semua tempat yang ada. Lalu buat apa kita masih membutuhkan informasi dan menelan informasi itu, setiap jam, setiap menit dan setiap detik dalam kehidupan kita. Bukankah itu tindakan konyol?Â
Batasi berita tentang virus, tanpa melonggarkan kewaspadaan. Beri ruang juga untuk berita baik, berita tentang hobi kita. Itulah jalan terbaik agar terjadi keseimbangan, tidak overdosis informasiÂ
Menjaga Keutuhan Rumah Tangga
Pandemi ini menyebabkan ekonomi morat marit, sehingga pergerakan uang mandek. Menguras tabungan, mengeringkan dompet, dan banyak yang jual aset. Jika sirkulasi uang terganggu, maka terganggu juga ekonomi.Â