Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Serpihan Cerita dari Undangan "Sound of Borobudur" (3)

9 Juli 2021   23:44 Diperbarui: 11 Juli 2021   00:53 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa ini adalah desa wisata, masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai pengrajin gerabah. Profesi pembuatan gerabah bukan baru-baru saja ditekuni oleh penduduk. Namun, profesi yang turun temurun.

Bisa jadi akarnya sejak zaman Mataram Kuno, karena ada salah satu panel relief yang menggambarkan aktivitas pembuatan gerabah di Candi Borobudur.

Saat berada di Dusun Klipoh, kami belajar cara pembuatan gerabah di Gerabah Arum Art milik Pak Supoyo (50). Kalau melihat pekerja membuat gerabah, seolah pekerjaan tersebut hal yang mudah. Tinggal memutar alat, menaruh gumpalan tanah liat, ibu jari dimasukkan untuk membuat bentuk, dan selesailah pekerjaannya.

Namun tidak semudah itu, ada kalanya kalau terlalu keras menekan, bentuk yang kita hasilkan menjadi aneh, tidak simetris namun terlihat eksotik dan abstrak.hehe

Belajar membuat gerabah (dok.pribadi)
Belajar membuat gerabah (dok.pribadi)
Pada kesempatan itu, kami diajari satu persatu. Hasil yang kami ciptakan akan dibakar dan hasilnya akan dikirim ke penginapan kami. Ini jelas pengalaman menarik. Sebagai kenangan yang pastinya tak akan mampu di tipe-X oleh waktu.

Puas dengan membuat gerabah, kami meluncur ke Warung Makan De'menake. Warung makan dengan arsitektur Jawa dengan bangunan joglo yang antik dan klasik. Warung makan ini berada di kompleks Semesta Area, Dusun Sangen, Desa Candirejo. Kami makan sepuasnya dengan menu ala jawa kuno. Sampai pukul 13.10 kami di situ. Makan sambil bercerita latar belakang kehidupan kami masing-masing.

Setelah itu kami naik Andong, menuju sanggar seni lukis Limanjawi Art House. Kami di sambut oleh Mas Umar Chusaini. Mas umar mendirikan sanggar tahun 2002, dengan tujuan menyatukan seniman yang ada di sekitar Borobudur.

Perjalanan dilanjutkan ke Kopi Pawon. Kami di sambut mbak-mbak cantik yang menjelaskan pembuatan kopi luwak. Sebelum acara ngopi bersama, kami bergerak ke lokasi Candi Pawon yang jaraknya tidak lebih dari 50-an meter.

Menurut cerita, dulunya Candi Pawon, Mendut, dan Borobudur dihubungkan jalan lurus sebagai bagian dari ritual keagamaan. Candi pawon saat ini lokasinya dihimpit oleh pemukiman penduduk. Kurang lebih 45 menit kami berada di situs Candi Pawon.

Setelah itu kami berkumpul di pendopo Kopi Pawon dan disambut oleh pemiliknya Pak Ajie. Beliau menjelaskan kisah berdirinya Kopi Pawon. Sambil ngobrol kami disuguhi secangkir kopi luwak dan cemilan pisang kukus. Rasanya nikmat, dan mengesankan walau terbilang sederhana.

Borobudur Aku Datang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun