Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Manusia, Spesies Invasif yang Tersenyum dan Menangis

11 Maret 2021   08:36 Diperbarui: 12 Maret 2021   09:15 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia tergantung penuh dengan kondisi alam yang ada dilingkungannya. Kalau tidak ada makanan mereka akan pindah. Mencari wilayah yang ada sumber makanannya. Mereka hidup nomaden untuk mendapatkan sumber energi hidupnya.

Food producing; manusia sudah mampu mengolah alam untuk digunakan menyediakan sumber energinya dalam hal ini karbohidratnya (bertani). Selain itu aktivitas lainnya adalah menjinakkan hewan untuk dimanfaatkan tenaga dan dagingnya. Tenaga hewan dimanfaatkan untuk mengolah lahan dan juga untuk perburuan.

Contoh hewan yang dijinakkan: sapi, kerbau, anjing, ayam. Manusia sudah  mulai menetap hidupnya dan tidak terlalu banyak lagi aktivitas nomadennya.

Pada tahap ini, manusia masih mengembangkan budaya yang menempatkan alam sebagai penyuplai utama kebutuhan hidupnya. Bertani menjadi aktivitas utama.

Untuk bertani, membutuhkan air yang stabil. Maka kebudayaan yang mereka ciptakan banyak mengagungkan keberadaan air dan cara memujanya atau merawatnya.

Industrialisas; pada masa industrialisasi, manusia secara teknis tidak lagi bergelut dengan kesusahan mencari makanan dari alam. Manusia sudah sangat canggih memproduksi sumber makanan dalam skala masif. Alam dijadikan sapi perah manusia.

Persoalannya adalah bukan jumlahnya tapi distribusinya dan aksesnya yang terbatas--hanya dinikmati  oleh segelintir kelompok manusia. Pada masa ini---industrialisasi--persoalan lebih pada persaingan antar manusia sendiri dalam memperebutkan sumberdaya alam.

Industrialisasi memungkinkan bumi diekstrak untuk mengambil bahan yang bisa digunakan untuk "kerajinan" manusia modern: emas, perak, besi, uranium, nikel dst. Proses ini membuat ketidakseimbangan ekosistem, karena menghancurkan rantai makanan yang sudah dibangun jutaan tahun oleh bumi.

Industrialisasi menakankan budaya kompetisi. Kebudayaan yang cenderung untuk mengalahkan manusia lainnya--saling berkompetisi. Maka, peradaban manusia yang diciptakan adalah peradaban yang intinya adalah yang paling cepat dan paling kuat. Siapa cepat dan kuat punya kesempatan untuk menikmati kue energi dari alam. Maka muncullah industri peralatan perang untuk mendukung budaya kompetisi tersebut.

Manusia sudah mengangap spesiesnya sendiri adalah ancaman. Kepercayaan untuk berbagi semakin rendah. Menurut PBB krang lebih ada 500 juta manusia saat ini mengalami kelaparan. Padahal di belahan bumi lainnya--negara maju-- muncul fenomena kegemukan warganya dan melimpahnya makanan sisa yang akhirnya terbuang.

Manusia terjebak pada evolusinya sendiri. Ibarat membuat jaring laba-laba, dirinya malah terperangkap di dalamnya. Evolusi manusia ternyata tidak menjamah evolusi untuk berbagi dengan spesiesnya dan lingkungan alamnya. Sehingga saat inilah manusia menganggap makhluk hidup non- manusia bukan ancaman lagi. Bahkan seolah-olah dianggap hanya figuran di ekosistem Bumi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun