Mohon tunggu...
AGUS SJAFARI
AGUS SJAFARI Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN FISIP UNTIRTA, KOLOMNIS, PEMERHATI MASALAH SOSIAL DAN PEMERINTAHAN

Mengajar, menulis, olah raga, dan seni khususnya main guitar dan nyanyi merupakan hoby saya.. topik tentang sosial, politik, dan pemerintahan merupakan favorit saya..

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Perempuan dan Feminisme Politik dalam Pemilu 2024

26 April 2024   11:48 Diperbarui: 7 Mei 2024   09:22 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Forum Perempuan Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sumatera Barat menggelar aksi damai di kawasan Jalan Chatib Sulaiman, Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (24/2/2019). (KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA)

Dalam beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bidang politik bukan merupakan bidang yang menjadi daya tarik bagi kaum perempuan. Bidang politik diidentikan dengan bidang pekerjaan yang dianggap "kotor", penuh intrik, penuh konflik, bahkan dalam kondisi tertentu harus menggunakan kekerasan fisik. 

Hal ini secara kodrati dianggap tidak sesuai dengan kodrat perempuan yang penuh kelembutan dan kasih sayang. Bidang pekerjaan yang seringkali dimasuki kaum perempuan lebih banyak di bidang pendidikan, public relation, marketing, entertain dan bidang -- bidang yang menghibur lainnya. 

Mengubah mindset dan paradigma seperti ini membutuhkan waktu yang lama serta dibutuhkan keberanian dan nyali yang sangat besar dari kaum perempuan untuk terjun dan menguasai dunia politik praktis yang sangat buat ibarat hutan belantara.

Ketiga, gerakan feminisme juga memperjuangkan keterwakilan aspirasi dan kepentingan perempuan. Kaum perempuan Indonesia saat ini merupakan kaum yang cukup "tersiksa dan terlantar" dikarenakan banyak aspirasi dan kepentingannya belum terealisir. 

Bagi kaum perempuan karier yang berperan ganda belum mendapatkan jaminan kesejahteraan dan ketenangan dalam bekerja, terutama ketika kaum perempuan terbentur dengan problematika alamiahnya seperti dalam kondisi haid, hamil, menyusui yang seharusnya mendapatkan perhatian yang serius dari negara. 

Bahkan dalam kasus-kasus tertentu, kaum perempuan mengerjakan pekerjaan kaum laki-laki seperti bertani, menyangkul di sawah, melaut dan ada juga yang menjadi kuli panggul, supir truk dan beberapa pekerjaan berat lainnya. 

Belum lagi kita sering mendengar kaum perempuan Indonesia yang bekerja sebagai TKW di luar negeri yang mengalami penyiksaan yang sangat kejam dan belum mampu mendapatkan perlindungan yang memadai dari negara. 

Hal itulah yang justru menjadi "sisi gelap" kaum perempuan yang belum terpecahkan sampai saat ini dan perlu mendapatkan perlindungan politik dalam bentuk kebijakan yang melindungi kaum perempuan.

Pada akhirnya gerakan feminisme politik kaum perempuan Indonesia perlu mendapatkan tempat yang layak dalam perpolitikan di Indonesia saat ini. Pemilu 2024 harusnya menjadi momentum kebangkitan kaum perempuan Indonesia. 

Gerakan ini harus dimulai dengan masing-masing kaum perempuan harus meng-uprade dirinya untuk benar-benar bisa bersaing dengan kaum laki-laki. Selanjutnya perlu penguatan dalam bentuk konsolidasi berbagai kelompok, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik yang benar-benar memperjuangkan kepentingan kaum perempuan. 

Peran yang besar dari negara untuk melindungi dalam bentuk kebijakan-kebijakan politik yang mengarusutamakan gender dan mampu melindungi aspirasi dan kepentingan kaum perempuan Indonesia pada umumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun