Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[55 Tahun Harian Kompas] Ide Achmad Yani, Diinisiasi Frans Seda dan IJ Kasimo, Nama "Pemberian" Bung Karno, Dibesarkan PK Ojong dan Jakob Oetama

25 Juni 2020   00:24 Diperbarui: 25 Juni 2020   14:24 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan tetapi keduanya kemudian menyanggupi penerbitan Harian Kompas, asalkan ke depannya koran tersebut dapat berdiri di atas semua golongan, bersifat umum, dan dapat menjadi payung bagi kemajemukan Indonesia yang dikenal istimewa di mata dunia. Catatan lain yang disampaikan adalah, koran ini tidak akan dijadikan sebagai "corong partai". Titik!

Setelah gayung bersambut, didirikanlah Yayasan Bentara Rakyat. Nama "Bentara" dipilih karena terinspirasi oleh sebuah majalah lokal yang populer di Flores dengan nama majalah Bentara. Setelah memenuhi segala persyaratan yang ditentukan, koran ini pun segera saja memulai perjalanannya.

Frans Seda yang pada masa itu menjadi anggota kabinet dalam suatu perjumpaan dengan Bung Karno sempat mendiskusikan "calon nama" bagi koran yang kini menjadi media terbesar di Indonesia. Usul nama yang disampaikan Frans Seda adalah "Bentara Rakyat". Namun Bung Karno merasa lebih afdol jika koran yang akan terbit itu diberi nama "Kompas" yang bermakna petunjuk arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan menjelajahi hutan rimba.

Menjadi yang Terbesar, Namun Tetap Eksis dengan "Ide Awal"

Siapa yang tidak mengenal Harian Kompas? Apalagi sekarang nama Kompas tidak melulu diidentikkan dengan koran atau surat kabar yang terbit setiap hari. Karena jaringan media terbesar di Tanah Air ini kini telah merambah dunia pertelevisian dan dunia digital.

Meski telah berhasil menjadi yang terbesar di Tanah Air, Kompas tetap setia pada ide awalnnya: "Berdiri di atas semua golongan, bersifat umum, dan dapat menjadi payung bagi kemajemukan Indonesia".

Jika dulunya Harian Kompas baru sampai ke tangan pembaca di beberapa wilayah di Indonesia pada sore hari, namun dengan dukungan teknologi canggih dan hadirnya jaringan percetakan Gramedia di mana-mana, maka "kisah lama nan usang" itu pun tinggal kenangan.

Apalagi dengan hadirnya platform digital, Harian Kompas pun menjadi salah satu yang terdepan untuk hadir di dalamnya bagi semua pembaca setianya. Digitalisasi Kompas menjadikan koran ini mudah diakses oleh siapa saja dan di mana saja, tanpa harus menunggu kehadiran versi cetaknya.

Belum lagi siaran Kompas TV yang kini telah menjangkau ruang siar dari Sabang sampai Merauke yang kian memanjakan warga masyarakat yang ingin mengetahui berita terkini sekaligus informasi bermanfaat lainnya hasil "liputan khas" wartawan Kompas di lapangan.

Karena sudah malang melintang di dunia jurnalistik Tanah Air selama setengah abad lebih, maka kepiawaian Kompas beserta "jajaran dan jaringannya" tak perlu diragukan lagi. Berita-berita dan beragam informasi yang disajikan menjadi salah satu pilihan bagi pembaca karena dinilai valid dan kredibel.

Oleh banyak kalangan, Harian Kompas menjadi salah satu pilihan yang amat dinanti dan digemari. Sejak format awalnya berbentuk koran atau surat kabar, banyak pihak meyakini bahwa melalui Harian Kompas kita bisa belajar banyak hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun