Bersama istri selirnya ini, Mahapatih Gajah Mada pernah tinggal di sebuah tempat yang kini dikenal dengan nama Petilasan Mahapatih Agung Gajah Mada. Petilasan yang dipugar dan diresmikan pada 2008 silam ini berlokasi di Desa Lambang Kuning, Kertosono, Jawa Timur.
Setelah tinggal bersama selama beberapa waktu lamanya, Mahapatih Gajah Mada pergi ke Pulau Bali. Di sana Gajah Mada kemudian menikah lagi dengan seorang putri Raja Bali Age yang bernama Ni Luh Sukarini.
Baca juga: Gajah Mada Penyebab Etnis Jawa dengan Sunda Dilarang Menikah
Selepas kepergian Gajah Mada, Roro Kuning rupanya mempunyai kerinduan untuk bertemu dengan suaminya tersebut. Maka Roro Kuning pun memberanikan dirinya menyusul Gajah Mada ke Pulau Bali. Ketika Roro Kuning mendapati kenyataan bahwa suaminya telah menikah lagi, maka dia pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke Lambang Kuning.
Karena begitu besar rasa cintanya kepada Gajah Mada, Roro Kuning berniat untuk menetap di tempat itu hingga akhir hayatnya. Jasadnya kemudian dimakamkan di tempat tersebut.
Berapa Jumlah Istri Mahapatih Gajah Mada Sebenarnya?
Setelah membaca paparan kisah di atas, tentu masih ada yang bertanya-tanya, berapa sebenarnya jumlah istri Mahapatih Gajah Mada yang pasti. Sebab ternyata ada begitu banyak nama wanita yang disebutkan dalam cuplikan-cuplikan cerita yang tersaji.
Ada gadis cantik bernama Puranti, Dyah Pitaloka Citaresmi, Ni Gusti Ayu Bebed alias Ken Bebed, Ni Luh Ayu Sekarini, Roro Kuning atau dikenal juga dengan nama Randa Kuning, dan Ni Luh Sukarini.Â
Apakah Ni Luh Ayu Sekarini adalah pribadi yang sama dengan Ni Luh Sukarini, atau memang keduanya adalah pribadi yang berbeda? Pun kemungkinan masih ada nama-nama lain yang dikaitkan dengan kehidupan pribadi Mahapatih Gajah Mada semasa hidupnya (1291 -- 1364).
Dari berbagai literatur yang pernah penulis cermati, misteri seputar kehidupan Mahapatih Gajah Mada memang disajikan dalam banyak versi. Masing-masing versi mengklaim bahwa itulah versi terbaik dan paling mendekati kenyataan.
"Serat Pararaton" dan "Negarakrtagama" adalah dua sumber pokok yang banyak dijadikan acuan para ahli sejarah untuk menyingkap kehidupan manusia di zaman Jawa Kuno; salah satunya sebagai rujukan mengenai kehidupan Mahapatih Gajah Mada ini.