Untung tak dapat diraih, malang pun tak dapat diputus. Raden Damar akhirnya tewas di tangan Mada. Tidak diceritakan lebih lanjut bagaimana tanggapan Patih Rangga Tanding atas kejadian tersebut. Yang jelas, Mada kemudian pergi ke Majapahit untuk mencoba peruntungannya.
Antara Novel dan Tutur Tinular
Sedangkan melalui novel biografi karya Langit Kresna Hadi berjudul, "Gajah Mada: Hamukti Palapa", disebutkan bahwa Mapahatih Gajah Mada adalah sosok pemimpin yang tidak berambisi kepada wanita.
Dalam salah satu bagian novel tersebut tersaji percakapan antara Gajah Mada dengan Mahapatih Arya Tadah, "Bagaimana aku bisa mewujudkan semua impianku itu jika aku terganggu makhluk perempuan bernama istri, yang merengek merajuk. Istri atau perempuan bagiku tidak ubahnya rasa lapar dan haus yang harus dilawan."
Kutipan percakapan tersebut hendak mengisyaratkan bahwa Mahapatih Gajah Mada dalam karir kepemimpinannya menjadikan cita-citanya yaitu menyatukan seluruh Nusantara dalam pangkuan Kerajaan Majapahit sebagai yang "utama"!
Namun dari tutur tinular (kisah yang diwariskan dari generasi ke generasi), disebutkan bahwa Mahapatih Gajah Mada pernah menjalin tautan asmara dengan Dyah Pitaloka Citaresmi, seorang putri Kerajaan Sunda yang terkenal kecantikannya.
Karena kecantikannya itu pula, Raja Hayam Wuruk berniat mempersuntingnya sebagai istri. Rencana tersebut gagal karena konon Gajah Mada berusaha menggagalkannya, sehingga terjadilah peristiwa akbar yang kita kenal sebagai "Perang Bubat" (1351). Cerita ini adalah salah satu versi yang beredar dan menjadi sebab-musabab terjadinya perang mahadasyat itu.
Perang Bubat melibatkan pasukan Kerajaan Sunda yang dipimpin Maharaja Linggabuana melawan para prajurit Kerajaan Majapahit di bawah komando Mahapatih Gajah Mada. Perang hebat pun berkecamuk dan menewaskan Maharaja Linggabuana beserta seluruh pasukannya.
Sebenarnya pada waktu itu Gajah Mada dan pasukannya diutus oleh Raja Hayam Wuruk untuk menjemput kedatangan rombongan dari Kerajaan Sunda yang membawa Putri Dyah Pitaloka Citaresmi. Niat itu ternyata kemudian tidak pernah terwujud, dengan tewasnya seluruh anggota rombongan, yang lalu disusul dengan kisah bunuh diri Putri Dyah Pitaloka
Penaklukan Kerajaan Bali dan Cinta Sang Mahapatih
Dalam Prasasti Aria Bebed dituturkan, Ratu Tribhuwana Tunggadewi memerintahkan Mahapatih Gajah Mada untuk melakukan penyerbuan ke Bali. Saat melakukan penaklukan Bali, Mahapatih Gajah Mada sempat singgah ke Pedukuhan Gedangan (disebut juga Kedangan) dengan tujuan untuk bermeditasi.