Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan featured

[Hari Lahir Pancasila] Pantja Sila yang Menjadi "Jembatan Emas" Semua untuk Semua!

30 Mei 2020   01:33 Diperbarui: 1 Juni 2022   06:30 2488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Karno (Sumber foto: https://frankgo.devianart.com)

Berkenaan dengan makna kebangsaan atau tanah air, Bung Karno secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang bulat. Sebagai tanah air, Indonesia bukan hanya Jawa saja, bukan Sumatera saja, bukan Kalimantan Saja, bukan Sulawesi saja, bukan Ambon saja, atau Maluku saja. Bung Karno berujar, "Segenap kepulauan jang ditundjuk oleh Allah S.W.T mendjadi satu kesatuan antara dua benua dan dua samudera, itulah tanah air kita!"

Untuk lebih mendekatkan pemahaman para peserta sidang, Bung Karno memberikan contoh-contoh nyata yang sesuai dengan konsep nationale staat (negara kesatuan) yang digagasnya.

Menurut Bung Karno, di tanah air kita pernah ada dua kerajaan yang bisa disebut telah menjalankan konsep tersebut karena wilayah kekuasaannya yang begitu luas dan meliputi hampir seluruh kepulauan Nusantara di masa sekarang ini; bahkan wilayahnya juga meliputi Semenjung Malaka dan daerah sekitarnya. Dua kerajaan dimaksud adalah Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit.

Sedangkan sila kedua yang diusulkan Bung Karno adalah "Internasionalisme atau peri kemanusiaan". Dalam penjelasannya mengenai sila ini, Bung Karno mengungkapkan tentang internasionalisme yang tidak dapat hidup subur jikalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Pun sebaliknya, nasionalisme tidak dapat hidup subur, bilamana tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme.

Dengan kata lain, sila ini hendak mengajak kita untuk "bergandengan tangan" satu sama lain. Jika Indonesia adalah sebuah negara merdeka, maka hendaknya pula Indonesia menjalin kerjasama dengan negara-negara lainnya di seantero dunia.

Sila ketiga adalah, "Mufakat, - atau demokrasi". Tentang sila ketiga ini, Bung Karno mengatakan bahwa permusyawaratan perwakilan adalah syarat yang mutlak bagi kuatnya negara Indonesia. Segala hal yang dipandang belum memuaskan, dapat dibicarakan dalam permusyawaratan. 

Di sinilah peran rakyat yang nantinya dapat mengirimkan wakil-wakilnya di Badan Perwakilan Rakyat; dimana keberadaannya akan sangat dinantikan untuk membangun Indonesia merdeka.

Kemudian sila keempat berbunyi, "Kesejahteraan sosial". Melalui sila ini Bung Karno mempunyai visi bahwa setelah Indonesia merdeka, tidak ada lagi kemiskinan di negeri ini. Dengan kata lain, Bung Karno mempunyai impian indah di suatu hari nanti semua rakyat Indonesia dapat hidup sejahtera, memiliki cukup makanan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, dan merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi.

Dan sila terakhir, "Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa" adalah sila yang meliputi keempat sila lainnya. Melalui sila ini, Bung Karno mengajak semua rakyat Indonesia agar menjadi insan yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Berkaitan dengan sila kelima tersebut, Bung Karno menekankan bahwa kehidupan beragama di Indonesia seyogianya dijalankan dalam suasana hormat menghormati antar pemeluk agama dan kepercayaan yang ada. Dengan keberadaan sila kelima ini, segenap agama yang ada di Indonesia akan mendapatkan tempat yang sebaik-baiknya dalam keharmonisan yang tercipta.

Demikianlah kelima sila yang diusulkan Bung Karno dalam sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai pada masa itu. Kelima sila tersebut kemudian diberi nama Pantja Sila. Pantja bermakna lima, dan sila berarti azas atau dasar. "Di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi." Ucap Bung Karno disambut tepuk tangan riuh semua hadirin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun