Dalam sebuah publikasi berjudul "Myths in Legend of Halimun Island Kingdom in Kotabaru Regency" tahun 2017 karya Normasunah, dipaparkan sebuah kisah yang telah melegenda di kalangan masyarakat Kotabaru, Pulau Laut.
Legenda itu mengisahkan adanya sebuah kerajaan bernama Kerajaan Pulau Halimun yang dipimpin oleh Raja Pakurindang. Tokoh lainnya yang terdapat pada legenda ini dikenal bernama Sambu Batang dan Sambu Ranjana.
Dalam mitos tersebut kemudian disampaikan bahwa Raja Pakurindang memerintahkan Sambu Batung dan Puteri Perak untuk tinggal di bagian utara Pulau Laut. Sambu Batung dan pasangannya kemudian diberikan ijin untuk membaur dengan masyarakat luas di "alam nyata".
Sedangkan Sambu Ranjana dititahkan tinggal menetap di wilayah selatan Pulau Laut. Raja memberikan kebebasan kepada Sambu Ranjana yang berniat menutup diri dan menyepi dan tetap tinggal di "alam gaib".
 Meski perintah Raja Pakurindang kepada Sambu Batung dan Sambu Ranjana berbeda, namun sebuah pesan yang sama disampaikan kepada keduanya, "Sekalipun kalian hidup di alam yang berbeda, namun kalian harus tetap rukun, saling membantu, dan saling mengingatkan satu sama lain."
Menurut legenda tersebut, nama Rambu Ranjana inilah yang dikemudian hari dilafalkan menjadi Saranjana oleh penduduk setempat. Dan masyarakat di situ meyakini bahwa keberadaan Bukit Saranjana saat ini merupakan "jelmaan" dari tokoh Rambu Ranjana.
 "Kisah Mistis" yang Masih Misterius
Dari Kota Gaib Saranjana, orang-orang yang diberi pawisik akan mendengar alunan suara musik atau suara kendaraan yang berlalu-lalang. Bahkan dari kisah-kisah yang beredar, ada warga dari kota gaib ini yang memesan mobil-mobil mewah dari Surabaya.
Juga ada cerita penuh misteri yang dialami oleh pengemudi kapal fery yang menghubungkan rute Pelabuhan Tanjung Serdang, Kotabaru menuju Pelabuhan Batulicin di Tanah Bumbu.Â
Awalnya kapal fery itu mengangkut penumpang yang jumlahnya banyak sekali dari pelabuhan asal. Namun ketika kapal sudah merapat di pelabuhan tujuan, para penumpang itu raib entah kemana.
Dari pengalaman masyararakat yang pernah berkunjung ke Kota Gaib Saranjana, penduduk setempat di sana memakai bahasa Banjar sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Penduduk Saranjana juga dikenal ramah dan baik hati. Bahkan ada yang mengaku "tidak ingin" meninggalkan kota gaib tersebut, karena merasa nyaman dan takjub tinggal di sana.