Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berguru dari Doel Sumbang, Kalau Corona Bisa Ngomong

5 Mei 2020   23:55 Diperbarui: 5 Mei 2020   23:54 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 2004 silam, lagu lawas berjudul "Kalau Bulan Bisa Ngomong" booming di mana-mana. Lagu bernuansa cinta dalam balutan nada khas Sunda tersebut dinyanyikan Doel Sumbang dan Nini Carlina. Kala itu eksistensi lagu ini mampu merajai tangga lagu di banyak stasiun radio di Tanah Air.

Lagu tersebut dibuka dengan syair demikian,

Kalau bulan bisa ngomong.

Dia jujur tak akan bohong.

(dan seterusnya...)

Dan ketika saya mendengarkan lagu ini kembali saat ini, angan-angan saya tiba-tiba melayang dan jatuh terjerembab pada kubangan situasi pandemi corona yang sedang melanda negeri tercinta, Indonesia. Makjleb rasanya!

Dalam pikiran terbersit kalimat gugatan demikian,

Kalau corona bisa ngomong.

Dia jujur tak akan bohong.

(dan seterusnya...)

Rasanya jadi ingin senyum-senyum sendiri dengan sejuta pertanyaan lain tersemat di hati. Salah satu pertanyaan itu berbunyi seperti ini, "Andaikata corona memang benar-benar bisa ngomong, apa tanggapan media massa terhadapnya?"

Sejurus kemudian saya mengangguk-angguk sendiri. Banyak dugaan yang kemudian muncul dan berkembang dalam otak saya. "Iya ya, kalau corona benar-benar bisa ngomong, pasti dia akan menjadi salah satu artis paling terkenal dan paling dicari saat ini! Pokoknya, the most favorite artist in the world, setuju?!"

Betapa tidak, aksi corona di seluruh belahan dunia telah meluluhlantakan kehidupan umat manusia yang semula ada di "zona nyaman." Peradaban manusia yang sudah tertata apik dan rapi sedemikian rupa, menjadi porak-poranda dalam sekejab dengan menyisakan tanda tanya besar bagi seluruh umat manusia. "Apa yang akan terjadi setelah pandemi corona ini?"

Ketika Tarawih dan Buka Puasa Bersama di Masjid Ditiadakan

Gegara corona, bulan Ramadan tahun ini menjadi momen tersulit yang dialami oleh begitu banyak umat Islam di dunia, termasuk di Kota Banjarmasin tercinta. Segala aktivitas dan kegiatan yang biasanya dilakukan untuk mengisi dan menyemarakan Bulan Suci ini, kini tak bisa berlangsung seperti tahun-tahun sebelumnya.

Saat mengalami hari pertama di bulan Ramadan tahun ini, seorang sepupu saya menulis di dinding medsosnya demikian, "Ya Rabb...benar-benar beda... malam ini harusnya tarawih, tapi nggak ada suara-suara dari mushala dekat rumah... serasa hidup di zaman nggak ada speaker... nggak ada toa... ternyata sesesak ini rasanya... sangat rindu Ramadan seperti dulu."

Cuitan sederhana tersebut mungkin juga akan mewakili perasaan saya dan Anda semua. Karena semenjak Presiden Joko Widodo memberlakukan kebijakan pembatasan sosial skala besar dan pendisiplinan penerapan penjarakan fisik demi mencegah penularan covid-19 di Indonesia pada 30 Maret 2020 lalu; maka dalam waktu yang tak terlalu lama, aturan pelaksanaan di lapangan pun segera diterapkan di mana-mana. Salah satunya adalah penerapan status PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di banyak kota dan provinsi di Indonesia.

Segala aturan pelaksanaan di lapangan dibuat dan diberlakukan segera oleh pemerintah daerah masing-masing melalui jajarannya di lapangan. Pada awal-awal penerapannya, sempat menimbulkan kehebohan di tengah masyarakat. Ambil saja sebagai contoh adalah kegiatan penyemprotan cairan desinfektan yang terjadi secara masif dan dalam skala luas di mana-mana.

Di Kota Banjarmasin sendiri, usai dicetuskan sebagai "zona merah" akhir Maret 2020, banyak perubahan terjadi begitu cepat. Hal yang paling kentara adalah diliburkannya sekolah-sekolah yang ada. Selain itu, kegiatan-kegiatan di berbagai pusat keramaian juga dibatasi dan ditutup.

Persis di hari pertama bulan Ramadan 2020, PSBB  diterapkan di Kota Banjarmasin. Sosialisasi physical distancing dan menghindari adanya kerumunan yang sudah dilakukan selama dua minggu sebelumnya, sangat tampak hasilnya saat itu.

Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin; yang merupakan masjid terbesar di kota ini, pada Ramadan 1441 H meniadakan salat tarawih, termasuk kegiatan buka puasa bersama yang tahun-tahun sebelumnya selalu menjadi agenda rutin. Masjid-masjid lainnya di kota ini pun juga melakukan hal yang sama.

Tentu apa yang terungkap melalui cuitan sepupu saya di atas tidak terlampau berlebihan adanya. Kegiatan salat tarawih dan momen buka puasa bersama di masjid - yang biasanya selalu diikuti banyak umat Islam dengan antusias dan gembira, kini harus absen gegara wabah covid-19.

Takut Bertemu Banyak Orang

Sebagai makhluk sosial, secara normatif kita tentu mempunyai kerinduan untuk bertemu dengan orang lain setiap harinya. Bahkan tidak sedikit di antara kita yang setiap harinya selalu bertemu dengan banyak orang di banyak tempat yang berhasil kita singgahi hari itu.

Akan tetapi semenjak pandemi corona terjadi, banyak dari antara kita yang secara bijaksana mengikuti imbauan pemerintah: "Bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah.." Dengan begitu otomatis physical distancing dan terjadinya kerumunan bisa dihindari.

Saya pribadi menjadi salah satu orang yang kini takut bertemu dengan orang lain. Takut bukan karena orang itu jahat atau bermaksud tidak baik. Bukan!

Ketakutan saya adalah kalau-kalau orang itu masuk dalam kriteria OTG (Orang Tanpa Gejala), yaitu mereka-mereka yang sebenarnya positif covid-19, namun tidak menunjukkan gejala sakit!

Ketakutan saya ini cukup beralasan, karena saat ini ada begitu banyak pasien positif corona yang dirawat di dua rumah sakit milik pemerintah yang ada di kota ini. Sehingga saya pribadi dan keluarga saya membatasi diri untuk keluar rumah dan berjumpa dengan orang lain, "kecuali" memang mendesak dan diperlukan.

Awalnya saya sendiri merasa sulit untuk menjalaninya, namun akhirnya saya terbiasa setelah mengikuti perkembangan terkini informasi yang di-update setiap harinya oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalimantan Selatan. Hari ini, Selasa, 5 Mei 2020, jumlah pasien positif corona di Kalimantan Selatan sudah menembus angka 219 kasus, dan 67 kasus positif tersebut berasal dari Kota Banjarmasin.

Hal tersulit yang saya alami saat bulan Ramadan kali ini adalah saat memutuskan untuk tidak bertemu dengan kedua orang tua saya selama masa pandemi. Kebetulan orang tua saya tinggal di Kota Banjarbaru yang letaknya tidak terlampau jauh dari Kota Banjarmmasin.

Berhubung mereka sudah berusia lanjut, sedangkan saya yang masih muda ini berada di Kota Banjarmasin, sehingga menyebabkan saya punya potensi menjadi OTG, maka akhirnya saya putuskan untuk tidak menjumpai kedua orang tua saya untuk sementara waktu. Semua ini saya lakukan justru karena saya sangat menyayangi mereka.

Tawakal dan Niatan Melompat Lebih Tinggi

Dalam situasi dan kondisi yang serba tidak pasti saat ini, tentu kita semua hingga hari ini dan nanti, masih menyimpan banyak niatan yang akan kita lakukan saat pandemi corona ini berakhir.

Semua niat itu tentu akan kita barengi dengan doa dan usaha yang sungguh-sungguh. Sebab pasca pandemi ini, tak seorang pun tahu akan bagaimana kondisi hidupnya nanti.

Seorang sahabat yang menjalankan bisnis pariwisata di Bali pernah curhat dan mengeluh saat pariwisata Bali terpuruk pasca dihantam pandemi corona. Dengan bersedih, dia ungkapkan rasa kecewanya di media sosial. Di sisi lain, dia juga tidak punya pilihan lain yang lebih baik selain "merumahkan" para staf dan karyawannya.

Dia yang awalnya sempat berputus asa, tiba-tiba bangkit dan memulai usaha lain, yaitu menyediakan jasa penyemprotan rumah penduduk dengan desinfektan. Bahkan dia memberikan harga promo agar masyarakat tertarik untuk memanfaatkan jasanya.

Tentu hal serupa juga dialami banyak orang di dunia, khususnya di Indonesia. Para pengemudi ojol yang begitu kebanjirian orderan di tahun lalu, kini harus bersikap pasrah dan menerima kenyataan yang kurang menguntungkan pasca terjadinya pandemi corona.

Keadaan yang lebih memprihatinkan pun dialami oleh para tukang becak di kota ini. Usia mereka rata-rata sudah lanjut. Namun demi menyambung hidupnya, mereka tetap rela menunggu datangnya rejeki. Meski mereka tahu bahwa situasi jalanan yang kini lebih sepi, tak banyak menjanjikan rupiah bagi kantong rejekinya. Hal serupa juga dialami para pemulung dan pengumpul barang rongsokan. Di masa pandemi corona saat ini, penghasilan mereka tentu jauh berkurang.

Ramadan tahun ini sungguh-sungguh mengajak kita semua untuk merenungi kembali hakikat kita masing-masing sebagai manusia. Bagi mereka-mereka yang mempunyai harta berlebih, mungkin bisa melakukan aksi sosial atau aksi solidaritas di lingkungan terdekatnya.

Lalu bagaimana dengan saya dan sebagian orang yang memiliki kemampuan ekonomi menengah ke bawah? Apa yang harus kita lakukan?

Cukup dengan berdiam di rumah saja, kita sudah memberikan sumbangan dan kontribusi yang berarti bagi masyarakat. Logikanya sederhana saja. Bila pandemi corona ini berlarut-larut dan korbannya terus bertambah, tentu bisa kita bayangkan dampak negatifnya bagi kehidupan semua orang. Benar, bukan?

Dengan situasi yang serba sulit dan serba tidak pasti seperti ini, sangat diharapkan tindakan dan perilaku bijaksana kita masing-masing. Bagi mereka-mereka yang terpaksa harus keluar rumah demi sesuap nasi, harus tetap memerhatikan imbauan pemerintah dengan memakai masker dan mengutamakan physical distancing!

Kalau bukan kita yang melakukannya, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Semoga dengan sikap ber-tawakal, virus corona segera berlalu dari negeri ini, sehingga kita semua bisa melompat lebih tinggi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun