“Iya… iya… tapi aku tetap tidak paham dengan berbagai istilahmu itu”.
“Percuma saja, orang seperti aku ini dan aku yakin jutaan orang lainnya di Indonesia ini tidak akan mengerti dengan istilah dan kata seperti makroprudensial, stabilitas, sistem keuangan, atau yang semacam itu”, Slamet mencoba berdalih memberikan penjelasan logis dengan mengingatkan Bejo akan realita masyarakat Indonesia.
“Gini lho Met, tidak usah dibuat rumit. Sini satu-satu aku coba terangkan”, Bejo terlihat ingin benar-benar membantu Slamet paham akan istilah-istilah yang dia kemukakan tadi.
“Makro itu besar, prudensial itu bijaksana. Jadi makroprudensial itu kebijaksanaan yang cakupannya luas. Paham to? Nah, Bank Indonesia itu kebijakannya ya harus bijaksana dan luas. Artinya jangan sampai tidak memikirkan kondisi rakyat kecil seperti kita ini. Jika dalam situasi ‘seret’ begini misalnya, mereka tidak pandang bulu, anggap tetap saja tidak ada toleransi terhadap para penghutang seperti kita-kita ini”.
“Itu ya tidak bijaksana namanya”.
“Nyatanya, sekarang ini cicilan kartu kreditku diberikan kompensasi untuk boleh membayar dengan jumlah 5% dari jumlah total hutang. Kalau dulu sebelum kondisi ini kan minimal 10%. Selain itu, bahkan kini batas maksimum suku bunga yang sebelumnya 2,5 persen per bulan menjadi 2 persen per bulan. Nah ini juga salah satu contoh bukti kerja Bank Indonesia yang bisa dirasakan sama orang-orang seperti kita. Ini jelas-jelas amat membantuku lho!”, Bejo menutup penjelasannya sambil menyeruput kopi hitam dari cangkirnya.
“Lho Jo, emang sejak kapan Bank Indonesia itu menerbitkan kartu kredit?”, tanya Slamet dengan lugunya.
“Gini lho Met, kebijakan ini adalah kebijakan Bank Indonesia. Bank Indonesia lah yang “memaksa” Bank-Bank penerbit kartu kredit untuk mematuhi ketentuan kebijakan ini. Kan memang ini salah satu peran Bank Indonesia sebagai pengatur dan pengawas perbankan di Indonesia”.
“Pendekatan yang digunakan dalam penerapan kebijakan makroprudensial ini bersifat top down sehingga mencakup seluruh elemen sistem keuangan, termasuk urusan kartu kredit ini”.
“Paham sekarang ‘kowe’ Met?”, tanya Bejo sambil memverifikasi apakah Slamet sudah memahami penjelasannya dan masih menyimak perkataannya.
“Lha selanjutnya, kalo arti stabilitas ya gampang to. Stabil itu tidak goyang. Seperti kamu nyetir motor, ya harus stabil. Kalau tidak stabil pasti motormu ‘nyungsep’ dan akhirnya terluka”.