Keberdaan bendungan di mata air Sumber Maron untuk keperluan PLTMH juga memberikan dampak ekonomi kepada warga di sekitar. Sumber Maron telah menjadi kawasan wisata edukasi yang menawarkan cara mengonservasi mata air.
Di kawasan tersebut terdapat areal untuk pemandian umum atau tempat bermain air bagi wisatawan. Potensi ini dimanfaatkan warga sekitar untuk menjual pakaian renang, menyewakan jasa ban untuk mengapung di air. Baru-baru ini juga telah dibangun fasilitas bermain seperti wahana tubing dan flying fox.
Warga juga mendirikan warung-warung makanan dan lahan parkir yang luas. Namun sayangnya, keberdaan warung dan tempat parkir masih belum tertata dengan baik sehingga terkesan semrawut.
“Keberadaan warung-warung yang belum tertata dengan baik ini menjadi tantangan bagi kami sebagai pengelola kawasan,” kata Sayid yang juga menjabat sebagai ketua Badan Pengelola Sarana Air Bersih & Sanitasi (BPSAB&S) Sumber Maron.
Dengan demikian, konservasi bukan berarti melindungi dengan membiarkan tumbuhan-tumbuhan berkembang alami tanpa campur tangan manusia, tapi harus tetap dilestarikan/dilindungi (save), dimanfaatkan (use), dan terus diteliti (study).
Dengan demikan, makna wisata edukasi Sumber Maron adalah kosep pariwisata altenatif yang mengedepankan nilai-nilai alam, sosial, dan masyarakat yang memungkinkan adanya interaksi saling menguntungkan antar para pelakunya.
Pasalnya, mata air Sumber Maron yang terawat dapat memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Pun Sumber Maron dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan yang menelitinya. Agung Wredho
Keterangan Gambar: Mikro Hidro
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H