Prinsip dasar mikrohidro memanfaatkan energi potensial aliran air pada jarak ketinggian tertentu dari tempat instalasi pembangkit listrik. Semakin tinggi jatuhan air, maka semakin besar energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik.
Setelah dilakukan berbagai kajian, di kawasan mata air Sumber Maron layak dibangun PLTMH. BPSAB&S menggandeng beberapa ahli dari UMM untuk membangun sumber energi terbarukan ini. Adapun sumber pendanaan pembangunan berasal dari hibah lembaga donor, swadaya masyarakat, dan pinjaman perbankan sekitar 500 juta rupiah.
Sejak 2012, PLTMH Sumber Maron yang menghasilkan energi listrik 35 KWA dimanfaatkan untuk menghidupkan mesin pompa air yang digunakan untuk mendistribusikan air bersih kedesa-desa sekitar. Dengan adanya PLTMH Sumber Maron ini, BPSAB&S bisa mereduksi biaya listrik untuk menghidupkan pompa. Keuangan organisasi pun lebih mantap untuk mengembangkan program agar lebih banyak yang memperoleh manfaat dari pembangunan sarana air bersih.
Selain Desa Karangsuko, Desa Sukosari, dan Desa Godanglegi Kulon, layanan BPSAB&S telah merambah ke Desa Panggungrejo (Kecamatan Gondanglegi). “Saat ini ada 1670 konsumen yang memanfaatkan sarana air bersih dari program WSLIC-2,” klaim Sayid yang juga menjadi ketua asosiasi Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM). Agung Wredho
Memetik Pelajaran Dari Konservasi Mata Air
Pengelolaan air dengan teknologi yang memadai, sistem perpipaan yang handal, serta sumberdaya manusia yang kompeten dalam suatu lembaga masyarakat menjadi jaminan keberlangsungan ketersediaan air. Itulah pelajaran yang bisa dipetik dari pengelolaan air di Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Pelajaran lain yang bisa kita petik dari keberadaan mata air Sumber Maron adalah dampak sosial, budaya, dan ekonomi secara luas kepada warga. Air yang mengalir setiap saat dari Sumber Maron telah menggerakkan warga untuk berkontribusi membangun sarana air bersih untuk kepentingan bersama. Warga rela menyumbangkan uang (incash) maupun tenaga (inkind) untuk membangun sarana air serta Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Tanpa partisipasi warga untuk mengelola mata air Sumber Maron, maka air tidak akan mungkin secara otomatis ke rumah-rumah penduduk secara merata. “Kini tidak lagi terdengar warga yang berkelahi pada musim kemarau karena berebut air bersih,” kata Sayid Muhammad, tokoh masyarakat setempat.
Ketersediaan air juga telah mengubah kebiasaan buang air besar di sembarang tempat dan mandi di tempat umum telah berkurang. Indikasi ini bisa dibuktikan dari kasus penyakit kulit dan diare yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data yang dikutip Utama Pranata (FKM UI, 2012) dari laporan bidan Desa Karangsuko, angka penyakit kulit mencapai 132 kasus dan diare 210 pada 2005. Kasus tersebut menurun pada 2011, penyakit kulit 87 kasus dan dan diare 89 kasus.
Wisata Edukasi