Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Konsultan - wellness coach di Highland Wellness Resort

Makan dengan makanan yang kita olah sendiri dengan bumbu organik tanpa perasa dan bahan kimia, dapat menyembuhkan hampir semua penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Misteri Sendang Wonokromo; Trinil dan Badarawuhi

16 April 2024   22:55 Diperbarui: 16 April 2024   23:01 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Wonokromo, sebuah permata tersembunyi di Jawa pada era 1930-an, adalah rumah bagi Trinil, seorang penari desa yang kecantikannya banyak memikat laki-laki, apalagi dengan bakat tarian tradisionalnya. Trinil dikenal di seluruh desa bukan hanya karena gerakan tariannya yang anggun, tetapi juga karena kecantikan alami yang ia miliki, bertubuh seksi dan menggoda.

Sementara itu, Lurah Tohjoyo, pemimpin desa tetangga, adalah seorang lelaki yang kaya dan berkuasa, dikenal dengan ambisinya yang besar serta cara pandangnya yang konservatif terhadap peran wanita. Ketertarikannya pada Trinil bermula dari kekaguman,  tetapi segera berubah menjadi obsesi. Dia melihat Trinil sebagai lambang status yang akan meningkatkan reputasinya---sebagai piala untuk dipamerkan, bukan sebagai pasangan hidup yang sejati.

Suatu sore, setelah pertunjukan tari di balai desa, Lurah Tohjoyo dengan tegas menyatakan niatnya untuk meminang Trinil. Dengan dukungan para penasihatnya yang juga menginginkan adanya ikatan antardesa, Lurah Tohjoyo menekankan bahwa penolakan akan berdampak buruk bagi desa Wonokromo. Terjepit antara keinginan pribadi dan tekanan kepentingan desa, Trinil merasa dunianya mulai menyempit.

Keesokan harinya, dengan tekad yang membara, Trinil memutuskan untuk melarikan diri daripada menghadapi nasib yang tidak dia pilih. Dengan hanya membawa keranjang kecil berisi beberapa perlengkapan pribadi, ia melintasi sawah yang luas dan memasuki hutan lebat yang mengelilingi desanya, sebuah tempat yang dianggap sakral dan sering dihindari oleh penduduk setempat karena dianggap berhantu.

Penemuan Sendang Tua

Di dalam hutan, Trinil menemukan Sendang Tua---sebuah sumur alami yang legendaris, dikelilingi oleh pohon-pohon tua dan ditumbuhi lumut tebal. Tempat ini sering dikaitkan dengan cerita-cerita mistis, termasuk kisah-kisah tentang penunggu gaib yang menghuni airnya. Meskipun takut, keputusasaan mendorong Trinil untuk bersembunyi di sana, berharap bahwa legenda lokal akan mencegah Lurah Tohjoyo dan pengikutnya mencarinya di tempat itu.

Saat hari beranjak gelap dan suara-suara hutan mulai menggema, Trinil merasakan kehadiran yang misterius di sekitarnya. Perasaan ini terbukti ketika sebuah sosok gaib muncul dari dalam air sendang. Ini adalah Badarawuhi, penunggu sendang yang ditakuti namun juga dihormati. Trinil, terperanjat namun terpesona, berharap untuk mendapatkan perlindungan dari makhluk ini. Trinil mungkin tidak menyadari bahwa perlindungannya mungkin datang dengan harga yang tidak terduga.

Alam Lain dan Badarawuhi

Ketika malam semakin larut, suara langkah kaki dari para pengikut Lurah Tohjoyo mulai terdengar mendekat. Trinil, yang bersembunyi di balik batu besar dekat Sendang Tua, bergetar ketakutan. Di saat kritis ini, sosok Badarawuhi, yang sebelumnya hanya muncul sebagai bayangan di permukaan air, sekarang berdiri di hadapannya dalam wujud nyata---seorang bertubuh besar, berwarna hitam, memegang tongkat dengan mata yang memancarkan warna kemerahan.

Dengan suara yang dalam, Badarawuhi menawarkan perlindungan kepada Trinil. Sebelum Trinil sempat menjawab, Badarawuhi menyentuh air sendang dan menciptakan kabut tebal yang menyelimuti mereka. Dalam sekejap, Trinil merasakan sensasi berputar dan tiba-tiba mereka berada di alam yang lain---sebuah dunia yang terlihat mirip dengan hutan tempat mereka berada, namun semuanya berkilauan dan tidak nyata.

Trinil menatap takjub pada pemandangan di sekitarnya. Tanaman dan pohon di alam ini memiliki aura yang berpendar, dan suara-suara hutan terdengar seperti musik. Tidak ada jejak dari dunia nyata yang ia kenal; bahkan udaranya terasa lebih ringan dan menyegarkan. Badarawuhi menjelaskan bahwa ini adalah dunia paralel yang hanya bisa diakses melalui Sendang Tua, tempat di mana waktu dan ruang berinteraksi dengan cara yang tidak dimengerti oleh manusia biasa.

Namun, keindahan tempat ini menyimpan sebuah rahasia. Badarawuhi, dengan ekspresi yang tiba-tiba berubah serius, menyatakan bahwa dia telah lama mencari seseorang yang bisa menggantikannya sebagai penunggu Sendang. Trinil, dengan kecantikan dan kemolekannya, adalah kandidat yang sempurna. Trinil merasa terhormat namun juga terkejut dan takut, karena ia sadar bahwa ini bisa berarti bahwa ia tidak akan pernah bisa kembali ke dunianya.

Awal Konflik

Badarawuhi menawarkan Trinil kesempatan untuk memperoleh kekuatan dan pengetahuan ghaib yang luas, tetapi sebagai imbalannya, Trinil harus setuju untuk tinggal di alam gaib ini selamanya. Keputusan ini terasa sangat berat bagi Trinil. Di satu sisi, kekuasaan dan keabadian adalah tawaran yang menggiurkan; di sisi lain, ia masih merindukan kehidupannya di dunia manusia---tempat yang meskipun penuh dengan tantangan, adalah rumahnya.

Malam itu, Trinil memutuskan untuk mencari tahu kondisi alam gaib ini lebih jauh, ia berharap menemukan cara lain untuk mengatasi situasi ini. Dalam penjelajahannya, ia mulai menyadari bahwa alam gaib ini juga memiliki aturan dan keterbatasannya. Trinil mengamati bahwa kekuatan Badarawuhi tampak terkait langsung dengan cincin astagina yang selalu dipakainya---cincin yang tampaknya memberikan kekuatan magis kepada pemakainya. 

Perjanjian dengan Badarawuhi

Kembali ke gua yang dijadikan tempat tinggal mereka, Badarawuhi menjelaskan lebih lanjut tentang tawarannya kepada Trinil. Dengan suara yang merayu, ia menawarkan kebijaksanaan yang hanya bisa dipelajari di alam gaib ini, kekuatan untuk mengendalikan alam dan makhluk-makhluknya, serta keabadian---kesempatan untuk menjadi lebih dari sekedar manusia. Namun, syaratnya adalah Trinil harus setuju untuk menjadi penunggu Sendang dan menikahi Badarawuhi, mengikat dirinya secara abadi ke alam gaib ini.

Trinil mendengarkan dengan perasaan bercampur aduk. Meskipun terpesona dengan penawaran yang begitu mengagetkan, dia juga merasa takut dan terbebani dengan tanggung jawab yang begitu besar. Dia merenung di tepi sendang, menimbang pilihan hidup yang ada di hadapannya, sadar bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensinya sendiri.

Trinil memutuskan untuk mencari cara agar dapat mempertahankan kebebasannya, Trinil mulai menghabiskan waktu untuk mengamati Badarawuhi, mencari tahu lebih banyak tentang cincin astagina tersebut. Dalam pengamatannya, ia menemukan bahwa setiap kali Badarawuhi menyentuh cincin itu, kekuatannya tampaknya bertambah, dan setiap kali ia melepaskannya, wajahnya tampak lebih tua dan lelah. Trinil menyadari bahwa cincin itu bukan hanya sumber kekuatan Badarawuhi tetapi juga ikatannya dengan keabadian.

Rencana Pelarian

Dengan keberanian baru dan keinginan kuat untuk kembali ke dunianya, Trinil mulai merancang rencana untuk mengambil cincin itu. Ia menyadari bahwa ia perlu mencari momen yang tepat ketika Badarawuhi lelah atau lengah. Trinil memulai pendekatan lebih dekat kepada Badarawuhi, berpura-pura menerima tawaran dan pernikahan yang akan datang, sembari mencari tahu lebih banyak tentang ritual dan kegiatan di alam gaib yang dapat ia manfaatkan.

Setelah beberapa hari mengumpulkan informasi dan mengamati rutinitas Badarawuhi, Trinil mengetahui bahwa ada satu saat di mana Badarawuhi melepaskan cincin itu untuk ritual pembersihan di sendang setiap bulan purnama. Menjelang hari purnama, Trinil mempersiapkan diri, mengumpulkan semua keberaniannya. Ketika malam purnama tiba dan Badarawuhi melepaskan cincinnya, Trinil dengan cepat mengambil kesempatan itu. Dia mengambil cincin tersebut saat Badarawuhi sibuk dengan ritualnya.

Trinil berhasil mengambil cincin itu dan segera merasakan aliran kekuatan yang mengalir dalam dirinya. Namun, ia juga menyadari bahwa tindakannya telah memicu perubahan yang tidak terduga---alam gaib mulai berubah, seolah-olah kehilangan keseimbangannya. Badarawuhi yang menyadari kehilangan cincinnya berubah menjadi marah dan putus asa, menunjukkan sisi lain dari wujudnya yang lebih gelap dan lebih berbahaya.

Dengan cincin di tangannya dan alam gaib yang mulai goyah, Trinil sekarang harus menghadapi konsekuensi dari keputusannya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Badarawuhi dalam pertarungan yang tak terelakkan---pertarungan yang akan menentukan nasibnya dan masa depan alam gaib tersebut.

Pertarungan

Mengenakan cincin astagina, Trinil merasakan kekuatan yang membanjiri dirinya, memberikannya keberanian dan kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Alam gaib mulai terlihat berbeda di matanya---lebih terang dan tidak menakutkan. Sementara itu, Badarawuhi, yang telah kehilangan sumber kekuatannya, terlihat lebih tua dan lebih lemah, namun keputusasaannya menjadikannya lebih berbahaya.

Ketika Badarawuhi mendekati Trinil dengan marah, meminta kembali cincinnya, Trinil menghadapinya dengan keberanian yang baru. Dia mengatakan bahwa dia tidak ingin kekuasaan atau keabadian, tetapi hanya ingin kembali ke dunianya. Badarawuhi, yang merasa dikhianati, memulai serangan dengan kemampuan sisa yang dimilikinya, mengubah elemen-elemen alam menjadi senjata untuk melawan Trinil.

Pertarungan yang sengit! Trinil menghindari dan membalas serangan Badarawuhi, menggunakan kekuatan cincin untuk melindungi dirinya dan mencoba meredam kemarahan Badarawuhi. Dalam pertarungan itu, Trinil mulai menyadari bahwa cincin astagina memiliki kemampuan lebih dari yang dia kira---tidak hanya memberikan kekuatan tetapi juga bisa mempengaruhi realitas alam gaib itu sendiri.

Kebenaran tentang Cincin Astagina

Dalam momen kritis, ketika Trinil hampir kewalahan oleh serangan Badarawuhi, cincin di jarinya tiba-tiba berkilau lebih terang. Trinil merasakan dorongan kuat untuk melepaskannya dan, dalam keputusasaan, melemparkannya ke sendang. Segera setelah cincin itu menyentuh air, sebuah kejutan besar terjadi---alam gaib mulai runtuh, dan realitasnya mulai terurai.

Trinil menyadari bahwa cincin itu bukan hanya sumber kekuatan, tetapi juga kunci yang menahan alam gaib bersama-sama. Dengan melepaskan cincin itu, dia tidak hanya membebaskan dirinya dari ikatan dengan Badarawuhi tetapi juga mengakhiri eksistensi alam gaib itu. Dalam detik-detik terakhir sebelum alam gaib itu lenyap, Badarawuhi, yang sekarang sadar akan kesalahannya, meminta maaf kepada Trinil dan meminta Trinil untuk melanjutkan sebagai penjaga baru dari Sendang Tua di dunia nyata untuk menjaga keseimbangan antara dunia spiritual dan fisik.

Hari Baru di Wonokromo

Ketika fajar menyingsing di desa Wonokromo, suasana baru terasa menyelimuti desa tersebut. Trinil, setelah kembali dari alam gaib dengan kekuatan dan pengalaman baru, merasakan beban tanggung jawab yang besar namun juga merasa terbebaskan. Ia berdiri di tepi Sendang Tua, tempat yang kini ia anggap sebagai pusat kehidupan spiritual dan fisiknya sambil merenungkan peran barunya.

Sebagai penjaga Sendang dan ratu spiritual hutan Wonokromo, Trinil memperkenalkan perubahan pada cara desa tersebut berinteraksi dengan alam. Ia mengajarkan penduduk desa tentang pentingnya menghormati alam dan menjaga keseimbangan spiritual. Kehidupan desa yang dulunya dipenuhi dengan ketakutan akan kekuatan ghaib perlahan-lahan berubah menjadi sebuah keharmonisan dan pengertian mendalam terhadap alam yang menjadi inti dari kehidupan sehari-hari.

Setelah kematian Lurah Tohjoyo yang dibunuh oleh Badarawuhi ketika mengejar Trinil di sendang saat itu, kepemimpinan desa tetangga diambil alih oleh Ki Anom, seorang pemimpin yang lebih bijaksan. Ki Anom, yang telah mendengar tentang peran Trinil dalam menyelamatkan diri dari cengkeraman alam gaib, kini mendekati Trinil dengan rasa hormat dan perdamaian untuk mengadakan kerjasama antara dua desa. Trinil menerima tawaran ini dengan syarat bahwa hubungan antardesa harus berdasarkan rasa saling menghormati dan kerjasama, bukan dominasi atau paksaan.

Dengan kekuatan baru dan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia spiritual, Trinil juga menjadi tokoh dan legenda Wonokromo. Kecantikannya yang dulu dianggap sebagai anugerah yang merepotkan kini dilihat sebagai simbol kebijaksanaan dan kekuatan. Wanita muda di desa mulai mengidolakannya bukan hanya karena kecantikannya tetapi juga karena keberaniannya dan kemampuan kepemimpinannya. 

Mungkin saja, bila anda melewati hutan Wonokromo, Trinil akan memperlihatkan sosoknya pada anda! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun