Desa Wonokromo, sebuah permata tersembunyi di Jawa pada era 1930-an, adalah rumah bagi Trinil, seorang penari desa yang kecantikannya banyak memikat laki-laki, apalagi dengan bakat tarian tradisionalnya. Trinil dikenal di seluruh desa bukan hanya karena gerakan tariannya yang anggun, tetapi juga karena kecantikan alami yang ia miliki, bertubuh seksi dan menggoda.
Sementara itu, Lurah Tohjoyo, pemimpin desa tetangga, adalah seorang lelaki yang kaya dan berkuasa, dikenal dengan ambisinya yang besar serta cara pandangnya yang konservatif terhadap peran wanita. Ketertarikannya pada Trinil bermula dari kekaguman, Â tetapi segera berubah menjadi obsesi. Dia melihat Trinil sebagai lambang status yang akan meningkatkan reputasinya---sebagai piala untuk dipamerkan, bukan sebagai pasangan hidup yang sejati.
Suatu sore, setelah pertunjukan tari di balai desa, Lurah Tohjoyo dengan tegas menyatakan niatnya untuk meminang Trinil. Dengan dukungan para penasihatnya yang juga menginginkan adanya ikatan antardesa, Lurah Tohjoyo menekankan bahwa penolakan akan berdampak buruk bagi desa Wonokromo. Terjepit antara keinginan pribadi dan tekanan kepentingan desa, Trinil merasa dunianya mulai menyempit.
Keesokan harinya, dengan tekad yang membara, Trinil memutuskan untuk melarikan diri daripada menghadapi nasib yang tidak dia pilih. Dengan hanya membawa keranjang kecil berisi beberapa perlengkapan pribadi, ia melintasi sawah yang luas dan memasuki hutan lebat yang mengelilingi desanya, sebuah tempat yang dianggap sakral dan sering dihindari oleh penduduk setempat karena dianggap berhantu.
Penemuan Sendang Tua
Di dalam hutan, Trinil menemukan Sendang Tua---sebuah sumur alami yang legendaris, dikelilingi oleh pohon-pohon tua dan ditumbuhi lumut tebal. Tempat ini sering dikaitkan dengan cerita-cerita mistis, termasuk kisah-kisah tentang penunggu gaib yang menghuni airnya. Meskipun takut, keputusasaan mendorong Trinil untuk bersembunyi di sana, berharap bahwa legenda lokal akan mencegah Lurah Tohjoyo dan pengikutnya mencarinya di tempat itu.
Saat hari beranjak gelap dan suara-suara hutan mulai menggema, Trinil merasakan kehadiran yang misterius di sekitarnya. Perasaan ini terbukti ketika sebuah sosok gaib muncul dari dalam air sendang. Ini adalah Badarawuhi, penunggu sendang yang ditakuti namun juga dihormati. Trinil, terperanjat namun terpesona, berharap untuk mendapatkan perlindungan dari makhluk ini. Trinil mungkin tidak menyadari bahwa perlindungannya mungkin datang dengan harga yang tidak terduga.
Alam Lain dan Badarawuhi
Ketika malam semakin larut, suara langkah kaki dari para pengikut Lurah Tohjoyo mulai terdengar mendekat. Trinil, yang bersembunyi di balik batu besar dekat Sendang Tua, bergetar ketakutan. Di saat kritis ini, sosok Badarawuhi, yang sebelumnya hanya muncul sebagai bayangan di permukaan air, sekarang berdiri di hadapannya dalam wujud nyata---seorang bertubuh besar, berwarna hitam, memegang tongkat dengan mata yang memancarkan warna kemerahan.
Dengan suara yang dalam, Badarawuhi menawarkan perlindungan kepada Trinil. Sebelum Trinil sempat menjawab, Badarawuhi menyentuh air sendang dan menciptakan kabut tebal yang menyelimuti mereka. Dalam sekejap, Trinil merasakan sensasi berputar dan tiba-tiba mereka berada di alam yang lain---sebuah dunia yang terlihat mirip dengan hutan tempat mereka berada, namun semuanya berkilauan dan tidak nyata.
Trinil menatap takjub pada pemandangan di sekitarnya. Tanaman dan pohon di alam ini memiliki aura yang berpendar, dan suara-suara hutan terdengar seperti musik. Tidak ada jejak dari dunia nyata yang ia kenal; bahkan udaranya terasa lebih ringan dan menyegarkan. Badarawuhi menjelaskan bahwa ini adalah dunia paralel yang hanya bisa diakses melalui Sendang Tua, tempat di mana waktu dan ruang berinteraksi dengan cara yang tidak dimengerti oleh manusia biasa.
Namun, keindahan tempat ini menyimpan sebuah rahasia. Badarawuhi, dengan ekspresi yang tiba-tiba berubah serius, menyatakan bahwa dia telah lama mencari seseorang yang bisa menggantikannya sebagai penunggu Sendang. Trinil, dengan kecantikan dan kemolekannya, adalah kandidat yang sempurna. Trinil merasa terhormat namun juga terkejut dan takut, karena ia sadar bahwa ini bisa berarti bahwa ia tidak akan pernah bisa kembali ke dunianya.