Suara beradu dengan benda padat...
Gaduh pecahkan malam ini...
Kabut bercampur air..
Saling mendahului suasan hati hari ini..
Bercampur aduk dengan dinginnya malam..
Menyebarkan di sudut-sudut kalbu...
Menusuk tajam kepori tubuh ini..
Lebih dulu mana?
Saat hujan dan petir beradu..
Gaduh di atas sana..
Berimbas...
Bencana terjadi...
Air bah... Meluapkan kemarahannya...
Sampah dan lumpur bercampur aduk kecoklatan..
Seperti kopi susu tertumpah di seluruh jalur sungai..
Tak terbendung... Tak mampu di tahan lagi...
Esok pasti sejajar dengan tanggul...
Permisi di sawah..
Mengetuk pintu rumah-rumah tetanggaku yang rendah... Huniannya...
Lalu ini biasa saja?...
Lalu kau salahkan pada siapa? Saat ku bilang"lebih dulu mana? "
Saat puncak ...
Rimba raya dan kabut tak mampu menyimpan air..
Gundul tak lebat lagi...
Sumber airku pergi kemana?
Masihkah ada kesejukan nya..
Atau hanya dinginnya saja yang terasa di kalbu..
Dan air bah berduyun-duyun ketempat yang lebih rendah.. Menggenangi ribuan rumah ....
Masihkah tahun ini dan tahun depan air bah itu tak mampir..
Dan membanjiri kampungku?..
Sampai kapan semua ini terselesaikan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H